Wonosobo, satumenitnews.com – Dusun Tripis, Desa Watumalang, Wonosobo pernah digadang menjadi dusun mandiri energy. Hal tersebut karena dilokasi tersebut pernah dibangung Pembangkit Listrik Tenaga Micro Hidro (PLTMH).
Namun lantaran dinilai ribet dan tidak efisien pembangkit tersebut akhirnya terbengkelai, 150 Kepala keluarga yang memnfaatkannya satu persatu beralih ke jaringan PLN.
Dari Keterangan Warga Desa Watumalang, Sugeng didapati fakta adanyai PLTMH yang ada di saluran Sungai Tulis. Namun pihaknya tidak bisa memastikan tahun berapa PLTMH itu masuk di desanya.
“Karena saat pembangunan PLTMH itu saya ingat saya masih kecil, sekitar kelas Tiga SD kalau ngga salah, tapi yang pasti itu sudah lama sekali,” terangnya saat dikonfirmasi, Jum’at (13/10/2023).
Seperti bernostalgia. Sugeng mengingat panjang cerita-cerita lama yang pernah ia dapat tentang PLTMH di desanya.
Ia mengaku jika dalam pengalamannya itu memang diakui sempat merasakan aliran listrik dari hasil PLTMH.
“Sempat saya beberapa tahun itu menikmati hasilnya. Sampai akhirnya PLN datang dan warga mulai banyak yang beralih ke PLN,” ujarnya.
Dari penuturannya kehadiran PLTMH di desanya merupakan sebuah hadiah yang tidak disangka.
Sebab bantuan dari pemerintah itu masuk ke desa pedalaman di Kecamatan Watumalang.
“Karena memang pada tahun-tahun itu bisa mendspatkan lampu penerang itu sudah bahagia sekali warga. Dan itu ya memang baru kita dapat setelah PLTMH masuk,” katanya.
Namun karena persoalan perawatan yang dianggap sulit. Sehingga satu persatu warga mulai beralih ke PLN yang dianggap lebih mudah tanpa harus melakukan perawatan yang musti dilakukan secara berkala.
“Jadi salah satu kendala kenapa PLTMH itu tidak diteruskan karena perawatannya itu susah mas. Karena kan energi ini memanfaatkan aliran air di Sungai Tulis. Kalau banjir itu pondasi bendungannya ikut tergerus,” katanya.
Padahal menurutnya air bendungan itu menjadi bagian vital karena harus menyuplai turbin untuk menghasilkan listrik. Jika setiap banjir datang, warga harus bergotongroyong memperbaiki kembali bendungan yang tergerus agar air bisa meninggi dan bisa masuk ke turbin.
“Lah mungkin karena harus setiap hari saat kena banjir perlu diperbaiki, warga mulai bosan mungkin ya. Sampai ada tawaran PLN masuk dan warga mulai banyak yang beralih,” ujarnya.
Sebelum PLN datang, menurut Sugeng setidaknya ada 150 kepala keluarga yang memanfaatkan PLTMH.
Namun jumlah itu terus menyusut seiring banyak warga yang mulai beralih ke PLN.
“Karena sudah banyak yang beralih ke PLN, kondisinya (PLTMH) tidak terawat, jadi banyak yang hilang mulai dari kabel sampai mesinnya,” ungkapnya.
Saat ini, kondisi turbin di PLTMH hanya tinggal sisa puing-puing bangunan dan pipa besi yang masih tertinggal.
Semak belukar tampak menutupi hampir di seluruh bagin bekas bangunan turbin yang tersisa.
Disebutkan PLTMH di Dusun Tripis bisa menghasilkan listrik hingga 300 Kilo Volt Ampere (KVA).
Fasilitas tersebut dibangung menggunakan dana Pemerinttah pada Tahun 2003 dan mampu mencukupi kebutuhan listrik bagi warga satu dusun, namun kini nasibnya terlupakan terstutup semak belukar.