KUDUS – Masjid Jami’ Manarul Huda di Dukuh Mbaran Kiringan, Desa Samirejo, Kecamatan Dawe, Kudus, Jawa Tengah, bak kembaran Menara Kudus dengan memiliki arsitektur yang sama.
Masjid peninggalan Kyai Udan Panas ini memang sengaja dibangun kembali menyerupai Menara Kudus. Dengan maksud niat tabarukan atau meminta berkah dari Syekh Ja’far Shodiq atau yang dikenal dengan Sunan Kudus.
Untuk sampai di lokasi masjid hanya membutuhkan waktu 17 menit menggunakan kendaraan bermotor atau berjarak 10 kilometer dari pusat kota. Tidak sulit untuk menemukan replika Menara Kudus ini, meskipun letaknya berada didalam gang pemukiman warga.
Tokoh Masyarakat Desa Samirejo, Noor Habib, mengatakan, dibangunnya replika menara ini tidak lepas dari keberadaan Masjid Manarul Huda peninggalan dari Mbah Kyai Udan Panas, yang merupakan cikal bakal Dukuh Mbaran Kiringan Desa Samirejo.
“Dulu nama masjid itu Baitul Muttaqin. Dalam perjalanan waktu, karena kondisi bangunan sudah tidak layak maka dibangun kembali pada 1990an dan diganti nama dengan Masjid Jami’ Manarul Huda,” katanya.
Pada 2 Oktober 1995, lanjutnya, masjid tersebut pun akhirnya diresmikan oleh Nadzir Masjid KH Ahmad Musa Maulani.
Selang beberapa tahun, atas inisiatif kyai Maulani dengan kesepakatan tokoh masyarat dan warga, dibuatlah Menara pada tahun 1999 dengan menghabiskan dana kurang lebih 90 juta.
Mulai dari arsitektur hingga material yang digunakan untuk replika menara ini sengaja dibuat semirip mungkin dengan Menara Kudus. Lantaran terkendala luas lahan, maka besar dan tinggi replika menara ini tidak memungkinkan berukuran sama.
“Ini tingginya hanya 12 meter, sementara lebarnya 9 meter,” tambahnya.
Terkait ijin pembuatan menara tersebut, Habib menjelaskan bahwa Kyai Maulani sudah mendapatkan ijin dari Sunan Kudus sendiri. Meskipun awalnya ada ketakutan bila membuat menara yang bentuk dan arsitekturnya sama persis sama dengan Menara Kudus.
“Tapi karena Kyai Maulani sudah dapat ijin dari Mbah Sunan, maka kita bangun dengan niat tabarukan,” tandasnya.
Mulanya, pembangunan masjid direncanakan letaknya berada disamping jalan atau sebelah selatan dari posisinya sekarang ini. Akan tetapi, ketika waktu pagi saat akan menggali pondasi menara, Kyai Maulani datang dan meminta agar pembangunan menara digeser ke utara.
“Sambil menunjukkan tongkat yang dipegang, beliau minta agar geser ke utara. Padahal malam sebelumnya, sudah dirapatkan kalau menara akan dibangun di sebelah selatan. Tapi karena Kyai Maulani bilang demikian, jadinya dibangun di sebelah selatan,” paparnya.
Hal menarik lainnya, pembuatan replika menara hanya menghabiskan waktu sekitar 8 bulan saja.
“Dalam pembuatan replika menara karena kesepakatan warga maka tidak minta bantuan pemerintah. Sumber dana dari donasi Warga dukuh Mbaran Kiringan sendiri,” pungkasnya.(yk/e2)