Home » Pemetaan Bencana Kekeringan di Kabupaten Wonosobo dan Tindakan Pemkab untuk Menghadapi Krisis Air Bersih

Pemetaan Bencana Kekeringan di Kabupaten Wonosobo dan Tindakan Pemkab untuk Menghadapi Krisis Air Bersih

by Manjie
Listen to this article

Wonosobo, satumenitnews.com – Pemerintah Kabupaten Wonosobo melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) melakukan pemetaan terkait potensi bencana kekeringan yang dapat terjadi akibat perubahan iklim dan kondisi El Niño.

Meski hingga saat ini, sepanjang periode 1 Januari hingga September 2024, belum ada wilayah di Kabupaten Wonosobo yang terdampak kekeringan, BPBD tetap waspada menghadapi kemungkinan krisis air bersih jika kondisi El Niño terulang kembali seperti pada 2023.

Dudy Wardoyo, Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Wonosobo, mengungkapkan bahwa pada tahun 2023, empat kecamatan di Kabupaten Wonosobo terdampak kekeringan parah.

“Kabupaten Wonosobo memang jarang mengalami kekeringan, tetapi pada tahun 2023 lalu, El Niño menyebabkan empat kecamatan, yaitu Garung, Wadaslintang, Sapuran, dan Kalibawang, mengalami krisis air bersih,” kata Dudy dalam sambungan telephone, Rabu (4/09/2024).

Baca juga :  Forum Pengurangan Resiko Bencana Wonosobo Telah Dibentuk, Bambang Minta Semua Elemen Bisa Bersinergi

Untuk tahun 2024, ia memastikan bahwa kondisi masih dalam kategori aman, meskipun terus dipantau secara intensif.

Daftar Daerah Potensial Terdampak Kekeringan

BPBD Wonosobo telah memetakan beberapa desa dan kelurahan yang berpotensi mengalami kekeringan berdasarkan data kekeringan tahun 2023.

Daerah-daerah tersebut antara lain:

1. Kecamatan Garung: Desa Kayugiyang (400 Kepala Keluarga/KK)
2. Kecamatan Wadaslintang: Desa Trimulya (287 KK), Desa Lancar (25 KK), Desa Kumejing (210 KK), Desa Tirip (80 KK), dan Desa Somagede (50 KK)
3. Kecamatan Sapuran: Desa Pacekelan (30 KK), Desa Karangsari (232 KK)
4. Kecamatan Kalibawang: Desa Tempurejo (86 KK)

Data tersebut menunjukkan bahwa jika El Niño kembali terjadi, desa-desa ini berisiko mengalami kekeringan parah.

Baca juga :  Peringatan Cuaca Ekstrem di Wonosobo: Rayakan Tahun Baru dengan Aman

Oleh karena itu, upaya mitigasi dan kesiapsiagaan menjadi prioritas bagi BPBD dan Pemkab Wonosobo.

Upaya Pencegahan Karhutla dan Tindakan Mitigasi Lainnya

Selain kekeringan, BPBD juga melakukan pencegahan terhadap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

Menurut Dudy, Kabupaten Wonosobo yang didominasi oleh wilayah perbukitan dan pegunungan rentan terhadap Karhutla, terutama pada saat kekeringan.

“Kami telah memasang spanduk di beberapa titik wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) yang mengingatkan masyarakat untuk tidak membakar lahan dan hutan,” ujarnya.

Spanduk ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran warga untuk menjaga kelestarian lingkungan dari ancaman kebakaran.

Berdasarkan pemetaan BPBD, hampir seluruh wilayah Kabupaten Wonosobo memiliki potensi kebakaran lahan saat musim kemarau.

Baca juga :  Kebakaran di Dusun Pekaringan, Mojotengah Hanguskan 4 Rumah dan 1 Mushola
Penanganan Kekeringan di Sektor Pertanian

Di sektor pertanian, Kabupaten Wonosobo memiliki keunggulan dalam hortikultura, meskipun juga terdapat lahan sawah di beberapa kecamatan seperti Selomerto, Wonosobo, Kaliwiro, Wadaslintang, dan Kalikajar.

Dengan luas sekitar 11.000 hektar sawah, para petani mengandalkan embung sebagai sumber air untuk mengairi tanaman mereka.

Menurut Dwiyama SB, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Wonosobo, keberadaan embung sangat membantu mengatasi ancaman kekeringan di sektor pertanian.

“Selama ini, Wonosobo tidak pernah mengalami kekurangan beras, karena selain hasil pertanian lokal, kami juga mendapatkan pasokan dari luar melalui Bulog,” kata Dwiyama.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Wonosobo menghadapi potensi kekeringan, sektor pangan tetap dalam kondisi aman.

You may also like

Leave a Comment