Wonosobo, satumenitnews.com – HIV/AIDS bukan lagi penyakit yang menakutkan seperti dulu. Dengan perkembangan ilmu kedokteran, HIV kini dapat dikelola dengan pengobatan yang efektif, memungkinkan penderita untuk hidup dengan kualitas hidup yang normal.
Kabupaten Wonosobo, melalui Dinas Kesehatan, terus berupaya untuk mendukung penderita HIV/AIDS dengan pengobatan rutin yang didapatkan di seluruh puskesmas dan rumah sakit di daerah ini.
Perubahan Pandangan Terhadap HIV/AIDS
Heriyono, SKM MM, Kepala Bidang P2P (Pencegahan dan Pengendalian Penyakit) Dinas Kesehatan Wonosobo, menjelaskan bahwa HIV tidak lagi dianggap sebagai penyakit yang mematikan.
“HIV itu seperti penyakit kronis lainnya, seperti hipertensi atau diabetes. Penderita HIV bisa hidup normal asalkan mereka menjalani pengobatan yang rutin,” jelas Heri.
Pengobatan HIV saat ini dapat mengendalikan virus tersebut sehingga tidak berkembang lebih jauh. Obat yang digunakan untuk mengobati HIV disebut antiretroviral (ARV), yang harus diminum setiap hari oleh penderita HIV seumur hidup. Dengan pengobatan yang rutin, virus HIV dalam tubuh penderita dapat ditekan hingga tidak terdeteksi (undetectable), yang berarti tidak ada penularan yang terjadi meski penderita memiliki pasangan seksual.
Dampak Positif Pengobatan HIV
Pengobatan antiretroviral (ARV) yang efektif memungkinkan virus HIV dalam tubuh penderita untuk ditekan, bahkan tidak terdeteksi dalam waktu yang lama.
“Bagi yang rutin minum obat, virusnya bisa tidak terdeteksi. Ini artinya, meskipun penderita HIV melakukan hubungan seksual, risiko penularannya sangat kecil,” ungkap Heri.
Data dari Dinas Kesehatan Wonosobo menunjukkan bahwa hampir 90% penderita HIV yang mengikuti pengobatan rutin dapat mencapai status “undetectable”.
Ini membuka harapan baru bagi penderita HIV untuk memiliki kehidupan sosial dan kesehatan yang lebih baik, serta berpotensi untuk memiliki keluarga tanpa menularkan virus kepada pasangan atau anak-anak.
Pencegahan Penularan ke Ibu Hamil dan Bayi
Salah satu kelebihan dari pengobatan HIV yang tersedia saat ini adalah kemampuan untuk mencegah penularan dari ibu ke anak.
“Jika seorang ibu hamil diketahui positif HIV, ia bisa menghindari penularan ke bayinya dengan menjalani pengobatan ARV yang tepat dan melahirkan sesuai dengan standar medis,” ujar Heri.
Selain itu, ASI (Air Susu Ibu) juga menjadi saluran potensial penularan HIV.
Namun, dengan pengobatan yang tepat dan penanganan yang sesuai, risiko penularan ke bayi dapat diminimalkan, bahkan dihentikan sama sekali. Penderita HIV yang mengikuti pengobatan secara rutin dan memiliki status undetectable juga dapat melahirkan anak yang bebas dari HIV.
Program Pencegahan dan Pengobatan HIV di Wonosobo
Dinas Kesehatan Wonosobo juga melaksanakan program pemeriksaan HIV secara rutin, tidak hanya untuk kelompok berisiko seperti ibu hamil, pekerja seks, dan pengguna narkoba suntik, tetapi juga untuk calon pengantin.
“Kami melakukan pemeriksaan HIV kepada semua calon pengantin untuk memastikan bahwa mereka tidak membawa virus HIV ke dalam pernikahan,” tambah Heri.
Dengan melibatkan LSM dan berbagai pihak terkait, program ini bertujuan untuk mengurangi angka penularan HIV, mendeteksi dini, dan memastikan bahwa penderita HIV dapat menjalani kehidupan yang sehat dengan pengobatan yang tersedia.
Mengubah Stigma Sosial
Meskipun pengobatan HIV sudah semakin maju, stigma sosial terhadap penderita HIV masih menjadi masalah. Banyak penderita HIV yang merasa diisolasi karena ketakutan akan diskriminasi. L
“Stigma terhadap penderita HIV harus dihentikan. Mereka berhak hidup normal seperti orang lain,” tegas Heri.
Dinas Kesehatan Wonosobo, bersama dengan LSM seperti Wonosobo Youth Center (WYc), terus mengedukasi masyarakat tentang cara penularan HIV yang sebenarnya, yaitu hanya melalui hubungan seksual yang tidak aman, transfusi darah, atau penggunaan jarum suntik bergantian.
“Tidak ada alasan untuk menjauhi penderita HIV. Yang harus dijauhi adalah virusnya,” tambah Heri.