Home » Guru di Wonosobo: Antara Pengabdian dan Tantangan Kesejahteraan

Guru di Wonosobo: Antara Pengabdian dan Tantangan Kesejahteraan

Guru Honorer Wonosobo: Pengabdian yang Tidak Mudah

by Manjie
Listen to this article

Wonosobo, Satumenitnews.com – Ribuan guru honorer di Kabupaten Wonosobo menjadi tulang punggung pendidikan di daerah ini. Di tengah peringatan Hari Guru Nasional 2024 dan HUT PGRI ke-79, sorotan kembali tertuju pada kesejahteraan mereka yang masih jauh dari harapan.

Data dari PGRI Wonosobo menunjukkan bahwa lebih dari 4.850 guru honorer bertugas di berbagai tingkat pendidikan, mulai dari PAUD hingga SMA. Mereka mengisi kekosongan tenaga pengajar yang belum terpenuhi oleh guru berstatus ASN. Namun, penghargaan atas peran besar mereka masih sangat minim.

“Kami tidak bisa memungkiri, ada guru honorer yang hanya mendapat Rp150.000 per bulan. Ini sangat tidak layak,” ungkap Ketua PGRI Wonosobo, Suratman, dalam sebuah diskusi lokal.

Baca juga :  Panduan Lengkap Pajak UMKM/UKM: Tarif 0,5% dan Cara Menghitung Pajak dengan Mudah

Tantangan Kesejahteraan Guru Honorer

Dengan honor serendah itu, banyak guru honorer harus mencari pekerjaan tambahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kondisi ini berdampak pada semangat dan fokus mereka dalam mengajar.

Vida Raihana, seorang guru honorer di SD Negeri Lamuk Dua, mengungkapkan bahwa dedikasi kepada murid menjadi alasan utama ia tetap bertahan.

“Penghasilan memang minim, tapi saya ingin memberikan pendidikan terbaik untuk anak-anak di sini,” katanya.

Selain honor rendah, banyak guru honorer yang belum masuk dalam Data Pokok Pendidikan (Dapodik). Akibatnya, mereka tidak berhak menerima tunjangan atau fasilitas lainnya yang diberikan pemerintah.

Kriminalisasi Guru dan Rasa Takut di Lingkungan Pendidikan

Selain isu kesejahteraan, kriminalisasi guru menjadi topik hangat yang juga dibahas dalam peringatan Hari Guru Nasional. Beberapa kasus di Indonesia menunjukkan adanya tuntutan hukum terhadap guru atas tindakan mendisiplinkan siswa.

Baca juga :  FGSNI Magelang Adakan Audiensi dengan Kakankemenag untuk Tindak Lanjut Perjuangan Sertifikasi Guru

Suratman menegaskan pentingnya undang-undang perlindungan guru untuk mencegah kasus serupa di masa depan.

“Guru tidak bisa bekerja dengan rasa takut. Kami butuh perlindungan hukum agar guru dapat menjalankan tugasnya dengan maksimal,” katanya.

Kurikulum Baru dan Tantangan Teknologi

Di tengah berbagai tekanan, guru honorer juga dihadapkan pada perubahan kurikulum yang menuntut penguasaan teknologi. Materi seperti AI dan coding mulai diperkenalkan ke sekolah-sekolah.

Namun, di daerah terpencil seperti Wonosobo, transformasi digital menghadapi tantangan besar. “Sekolah kami belum memiliki fasilitas pendukung. Fokus kami lebih pada pendidikan karakter dan pembelajaran dasar,” ujar Vida.

Kondisi ini menunjukkan perlunya pendekatan bertahap dalam penerapan kurikulum baru, terutama di daerah dengan keterbatasan akses teknologi.

Baca juga :  Wamen Agama: Insentif Guru Non-PNS Diharapkan Naik dari Rp 250 Ribu ke Rp 1 Juta Per Bulan

Pengabdian yang Terus Berjalan

Hari Guru Nasional dan HUT PGRI ke-79 bukan hanya momen untuk merayakan peran guru, tetapi juga untuk merenungkan tantangan yang mereka hadapi. Dukungan dari masyarakat dan kebijakan pemerintah yang lebih berpihak pada guru, terutama guru honorer, menjadi harapan besar di masa depan.

Seperti yang dikatakan Vida, “Kami tetap bertahan karena pendidikan adalah panggilan hati. Tapi kami juga berharap ada penghargaan lebih baik atas pengabdian ini.”

You may also like

Leave a Comment

error: Content is protected !!