Home » Diskusi Perlindungan Perempuan Pembela HAM di Semarang: Momentum Perjuangan Kolektif

Diskusi Perlindungan Perempuan Pembela HAM di Semarang: Momentum Perjuangan Kolektif

by Manjie
Listen to this article

Semarang, Satumenitnews.com – Dalam rangka memperingati Hari Perempuan Pembela Hak Asasi Manusia (PPHAM) yang jatuh pada 29 November, Jaringan Perempuan Pembela HAM Jawa Tengah menggelar diskusi di Semarang. Acara ini menjadi ajang untuk memperkuat solidaritas dan menyoroti perlindungan yang belum memadai bagi para pendamping korban kekerasan.

Diskusi ini diikuti oleh berbagai organisasi, termasuk UPIPA yang diwakili oleh Betty Noviana Kusumawati, seorang pendamping yang telah bertahun-tahun berjuang di lapangan.

Kolaborasi Banyak Organisasi untuk Perlindungan PPHAM

Beragam organisasi hadir dalam diskusi ini, di antaranya:

  • LRC-KJHAM
  • SPEK-HAM
  • SAMMI INSTITUT
  • Sahabat Perempuan
  • LBH APIK Semarang
  • UPIPA
  • TALITA KUM
  • LBH Semarang
  • LPP SEKAR
  • QBUKATABU
  • Koordinator Wilayah IV FPL Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DIY
Baca juga :  Farmtrip Pawira in Wonosobo, Ratusan Peserta Siap Promosikan Wisata Wonosobo

Setiap organisasi membawa perspektif dan pengalaman yang memperkaya diskusi, mulai dari tantangan lapangan hingga strategi advokasi. Betty Noviana Kusumawati dari UPIPA, misalnya, mengungkapkan berbagai bentuk ancaman yang dihadapi pendamping.

“Kami sering kali menjadi target intimidasi, baik fisik maupun digital, hanya karena mencoba membela hak-hak korban kekerasan,” ujarnya.

Ancaman Fisik, Digital, dan Psikologis

Dalam diskusi tersebut, terungkap bahwa pendamping PPHAM menghadapi ancaman yang sangat nyata. Beberapa kasus menunjukkan adanya perusakan properti kantor oleh pelaku kekerasan, intimidasi verbal, bahkan ancaman fisik langsung.

“Habis subuh, pelaku datang ke kantor kami, melempari kaca jendela hingga pecah,” cerita salah satu pendamping.

Tidak hanya itu, ancaman digital juga menjadi tantangan besar. Akun media sosial lembaga pendamping sering diretas, strategi advokasi bocor, dan ancaman diterima melalui media daring.

Baca juga :  Sambut HUT RI Ke 78 Kodim 0707/Wonosobo Baksos dan Bersihkan Pasar

Kondisi ini tidak hanya mengancam keamanan pendamping tetapi juga mempersulit kerja mereka dalam memberikan perlindungan bagi korban.

Minimnya Kebijakan Perlindungan dan Jaminan Kesejahteraan

Diskusi ini juga menyoroti absennya kebijakan perlindungan yang memadai bagi PPHAM. Meskipun Komnas Perempuan telah menyusun Manual Perlindungan PPHAM sebagai panduan sementara, implementasi di lapangan masih sangat kurang.

Selain itu, para pendamping kerap menghadapi kesenjangan kesejahteraan, seperti ketiadaan jaminan kesehatan dan tenaga kerja.

“Kami bekerja di garis depan, tetapi kesejahteraan kami sendiri sering kali diabaikan,” tambah Betty.

Peluncuran Produk Pengetahuan untuk Edukasi Publik

Sebagai bagian dari acara ini, Jaringan PPHAM meluncurkan produk pengetahuan berupa video dokumentasi, cerita pengalaman, infografis, dan photovoice. Produk-produk ini bertujuan meningkatkan kesadaran publik tentang tantangan yang dihadapi PPHAM dan pentingnya dukungan masyarakat.

Baca juga :  Afif Nurhidayat: Saya Minta Pilkades Serentak Wonosobo 2022 Bebas Money Politic

Produk tersebut dapat diakses melalui akun Instagram dan Facebook @lrckjham, situs lrckjham.id, serta kanal YouTube LRC KJHAM.

“Kami berharap ini bisa menjadi langkah awal untuk membangun solidaritas publik dan memperkuat advokasi,” ujar salah satu perwakilan LRC-KJHAM.

You may also like

Leave a Comment

error: Content is protected !!