Wonosobo, satumenitnews.com — Terletak di antara megahnya Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing, Kabupaten Wonosobo dikenal sebagai wilayah dengan keindahan alam dataran tinggi Dieng. Suhu udara di Wonosobo rata-rata berkisar antara 18–28 derajat Celsius. Namun, pada momen tertentu, suhu di kawasan ini bisa turun drastis hingga di bawah 18 derajat, bahkan mencapai titik minus.
Kondisi geografis dan iklim sejuk tersebut membuka peluang emas bagi masyarakat untuk mengembangkan sektor pertanian, terutama budidaya jamur. Dua jenis jamur yang banyak dibudidayakan di Wonosobo adalah jamur tiram dan jamur kuping.
Kenapa Budidaya Jamur di Wonosobo Sangat Menjanjikan?
Budidaya jamur tiram dan kuping bukanlah hal baru bagi warga Wonosobo. Suhu udara yang mendukung membuat jamur dapat tumbuh dengan optimal. Selain itu, proses budidaya kedua jenis jamur ini tergolong mudah dan tidak membutuhkan perawatan yang rumit.
Menurut petani lokal, jamur tiram dan kuping di Wonosobo bisa dipanen dalam waktu 45 hari setelah penanaman. Proses ini terdiri dari 20 hari masa inkubasi dan 25 hari masa pertumbuhan.
“Bertani jamur itu mudah, bisa dikatakan pekerjaannya panen mas,” kata Ratna, salah satu petani jamur di Wonosobo, saat ditemui di kumbung miliknya.
Bagaimana Proses Budidaya Jamur Dilakukan?
Awal budidaya dimulai dengan meletakkan baglog — media tumbuh jamur — di dalam kumbung. Pada tahap ini, petani harus menjaga tingkat kelembapan baglog antara 50% hingga 60% selama masa inkubasi.
Setelah masa inkubasi selesai, petani membuka cincin penutup pada baglog. Pada tahap pertumbuhan jamur, kelembapan perlu ditingkatkan menjadi 90%–95%. Untuk menjaga kondisi tersebut, petani biasanya menyemprotkan air menggunakan sprayer ke sekitar media tanam hingga kadar lembap tercapai.
Pengontrolan kelembapan menjadi faktor kunci dalam keberhasilan budidaya jamur ini. Jika kelembapan terlalu rendah atau terlalu tinggi, pertumbuhan jamur bisa terganggu.
Siapa yang Bisa Menjalankan Budidaya Ini?
Budidaya jamur di Wonosobo tidak hanya dilakukan oleh petani berpengalaman. Banyak pendatang baru di dunia pertanian yang mencoba usaha ini karena caranya yang sederhana dan biaya operasional yang relatif rendah.
Selain itu, siklus panen yang singkat memungkinkan petani untuk mendapatkan hasil secara berkala. Dalam satu masa aktif baglog, seorang petani bisa melakukan beberapa kali panen, sehingga pendapatan mereka lebih stabil.
Potensi Ekonomi Budidaya Jamur di Dataran Tinggi
Permintaan jamur tiram dan kuping dari pasar lokal hingga luar daerah terus meningkat. Produk olahan berbahan dasar jamur juga mulai banyak dikembangkan, seperti keripik jamur dan jamur crispy, menambah nilai jual komoditas ini.
Bagi masyarakat Wonosobo, budidaya jamur menjadi peluang usaha yang tidak hanya mengandalkan keindahan alam, tetapi juga menjadikan kondisi geografis sebagai kekuatan ekonomi.