Home » Sejarah Wonosobo: Jejak Tiga Pengembara dan Asal-usul Hari Jadi Kabupaten

Sejarah Wonosobo: Jejak Tiga Pengembara dan Asal-usul Hari Jadi Kabupaten

Sejarah

by Manjie
Listen to this article

Wonosobo, Jawa Tengah – Sejarah Kabupaten Wonosobo tak bisa dilepaskan dari kisah tiga pengembara yang tiba di wilayah ini pada awal abad ke-7.

Mereka adalah Kyai Kolodete, Kyai Karim, dan Kyai Walik.

Berdasarkan catatan dari laman resmi Pemkab Wonosobo, ketiga pengembara tersebut berpisah dan menetap di wilayah berbeda, yang kemudian menjadi bagian integral dari sejarah Wonosobo.

Pengembara dan Permukiman

Kyai Kolodete mendirikan permukiman di Dataran Tinggi Dieng.
Kyai Karim memilih Kalibeber sebagai tempat tinggalnya.
Kyai Walik menetap di wilayah yang kini dikenal sebagai Kota Wonosobo.

Dari ketiga pengembara tersebut, lahirlah keturunan yang kemudian menjadi penguasa di sekitar Wonosobo.

Baca juga :  Evaluasi Pemkab Wonosobo Guna Maksimalkan Capaian Kinerja

Salah satu cucu Kyai Karim, yang dikenal dengan nama Ki Singowedono, mendapat hadiah dari Keraton Mataram berupa wilayah di Selomerto.

Ia kemudian bergelar Tumenggung Jogonegoro. Jejak Tumenggung Jogonegoro masih dapat ditemukan di makamnya di Desa Pakuncen, Selomerto.

Asal-usul Nama Wonosobo

Banyak yang meyakini bahwa asal-usul nama Wonosobo berakar dari dusun di Desa Polobangan, Selomerto, yang bernama Wanasaba.

Dusun ini didirikan oleh Kyai Wanasaba dan masih ada hingga kini.

Wanasaba menjadi tujuan ziarah bagi banyak peziarah yang ingin berdoa di makam Kyai Wanasaba, Kyai Goplem, Kyai Putih, dan Kyai Wan Haji.

Perang Diponegoro dan Perjuangan Kyai Muhammad Ngarpah

Sejarah Wonosobo juga tidak lepas dari peran penting dalam Perang Diponegoro (1825-1830).

Baca juga :  Langkah Mudah Mendaftar di LPSE untuk Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah

Wilayah Wonosobo menjadi basis pertahanan pasukan pendukung Pangeran Diponegoro.

Bersama Imam Misbach (Tumenggung Kertosinuwun), Tumenggung Mangkunegaran, dan Gajah Permodo, Kyai Muhammad Ngarpah berjuang melawan penjajahan Belanda di Wonosobo.

Dalam salah satu pertempuran, Kyai Muhammad Ngarpah berhasil meraih kemenangan pertama, sehingga dianugerahi gelar Tumenggung Setjonegoro.

Ia kemudian menjadi Bupati pertama Wonosobo dan memulai kekuasaannya dari Ledok, Selomerto, sebelum memindahkan pusat pemerintahan ke kawasan Kota Wonosobo yang sekarang.

Kyai Muhammad Ngarpah meninggal pada 22 Desember 1886 dan dimakamkan di Dusun Kauman, Desa Payaman, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang.

Pemindahan pusat pemerintahan Kabupaten Wonosobo diyakini terjadi pada tanggal 24 Juli 1825,  hingga kini diperingati sebagai Hari Jadi Kabupaten Wonosobo.

Baca juga :  Peringati HUT Humas Ke-73, Polres Wonosobo Gelar Donor Darah

Penetapan Hari Jadi Wonosobo

Tanggal 24 Juli 1825 ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Wonosobo berdasarkan kajian Tim Peneliti dari Fakultas Sastra Universitas Gajah Mada (UGM) bersama Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida), para sesepuh, dan beberapa tokoh, termasuk pimpinan DPRD, dalam seminar pada 28 April 1994.***

You may also like

Leave a Comment