Jakarta, satumenitnews.com – Program Carbon Footprint Calculator dan Carbon Offsetting yang diyakini dapat meningkatkan reputasi dan kepercayaan publik kepada sektor pariwisata Indonesia dengan lebih baik lagi oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI.
Angela Tanoesoedibjo, Wamenparekra secara virtual membuka kegiatan ‘Sosialisasi Wisata Ramah Lingkungan di Destinasi Pariwisata Dalam Rangka Menuju Low Carbon And Sustainable Destination’ secara virtual Rabu (2/3).
Dalam pembukaan tersebut Angggela mengatakan program tersebut sebagai salah satu upaya untuk mengatasi dampak perubahan iklim yang diakibatkan oleh kegiatan pariwisata.
“Kelestarian lingkungan merupakan aset yang paling berharga bagi pembangunan pariwisata yang berkelanjutan. Jika kita ingin mewariskan manfaat ekonomi dari sektor pariwisata kepada generasi berikutnya, maka kita harus gerak cepat melalui berbagai inovasi dan kolaborasi untuk mewujudkan konsep climate friendly tourism,” kata Angela.
Anggela juga menjelaskan Kemenparekraf menggandeng Jejak.in dan ISTC untuk menghitun
emisi yang dihasilkan dari perjalanan wisatawan, baik itu dari penggunaan listrik, bahan bakar transportasi, dan lain sebagainya.
Program offsetting seperti Wisatawan menanam pohon juga akan dilakukan untuk memitigasi jejak karbon hasil dari perjalanan mereka.
Inovasi yang telah diluncurkan ini pun didukung pula oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLKH) karena bertujuan untuk melestarikan lingkungan hidup dan mengembangkan hutan kota.
Di kesempatan tersebut Anggela juga mengajak para pelaku usaha pariwisata untuk lebih melestarikan alam.
Berdasarkan riset Nature Climate Change pada 2018, Anggela membeberkan jejak karbon dari industri pariwisata dalam skala global menghasilkan 8 persen dari emisi karbon dunia, terutama dari sektor transportasi, belanja, dan makanan.
“Jejak karbon dari industri pariwisata ini tentunya menjadi perhatian kita bersama dan sudah seharusnya menjadi bagian dari tanggung jawab kita selaku pemangku kepentingan dari sektor pariwisata,” ujarnya.
Dia juga menilai Nilai ekonomi yang dihasilkan dari kegiatan pariwisata, selain untuk menyejahterakan masyarakat dan ekonomi daerah, perlu kita manfaatkan kembali untuk pelestarian alam.
Sosialisasi kegiatan Carbon Footprint Calculator dan Carbon Offsetting diharapkan dapat menguatkan pemahaman seluruh pemangku kepentingan pariwisata.
“Mulai dari pemerintah, pelaku usaha hingga masyarakat, Inovasi ini saya harap bisa menjadi solusi mengatasi perubahan iklim dari perspektif sektor pariwisata. Nilai ekonomi yang dihasilkan dari kegiatan pariwisata, selain untuk menyejahterakan masyarakat dan ekonomi daerah, perlu kita manfaatkan kembali untuk pelestarian alam. Semoga dengan sosialisasi dan diskusi yang dimulai dari carbon footprint calculator, carbon offsetting ini ke depan bisa melahirkan berbagai inovasi lainnya dalam penanganan perubahan iklim dari sektor pariwisata,” harap Angela. (E1)