Wonosobo, satumenitnews.com – Permasalahan sampah terus menjadi perhatian utama di berbagai daerah, termasuk Kabupaten Wonosobo. Salah satu sumber limbah yang sering terabaikan namun memiliki dampak besar terhadap lingkungan adalah popok sekali pakai.
Berdasarkan data dari Kepala Dinas Dukcapil Kabupaten Wonosobo per 31 Juli 2024, tercatat ada 67.261 anak berusia 0 hingga 5 tahun yang tersebar di 15 kecamatan.
Dari data ini, dapat diperkirakan jumlah popok yang digunakan setiap anak dalam satu tahun.
Menurut perkiraan Kepala DLH Wonosobo, Endang Lisdyaningsih, bayi pada usia 0-12 bulan membutuhkan sekitar 1.147 popok sekali pakai per tahun. Dengan angka ini, kita dapat menghitung jumlah total popok yang digunakan oleh anak-anak di Wonosobo.
Hitungan Jumlah Popok dan Tonase Sampah yang Dihasilkan
Jika kita mengalikan jumlah anak dengan jumlah popok yang dibutuhkan per bayi, maka perkiraan jumlah popok yang digunakan di Wonosobo dalam setahun adalah sebagai berikut:
67.261 anak × 1.147 popok per anak = 77.146.367 popok.
Dengan rata-rata berat satu popok sebesar 29,1 gram (sesuai dengan studi komposisi popok di pasar Meksiko), kita bisa menghitung total berat popok yang dihasilkan dalam setahun:
77.146.367 popok × 29,1 gram = 2.245.959.279,7 gram atau sekitar 2.246 ton sampah popok dalam setahun.
Ini berarti bahwa Wonosobo berpotensi menghasilkan lebih dari 2.200 ton sampah popok dalam setahun, hanya dari anak-anak usia 0-5 tahun.
Angka ini mencerminkan volume sampah yang sangat besar dan perlu mendapat perhatian serius dari berbagai pihak.
Dampak Lingkungan dari Sampah Popok
Popok sekali pakai mengandung berbagai material yang sulit terurai, seperti plastik dan bahan polimer superabsorben (SAP). Dengan 33% komposisi plastik dan bahan terkait lainnya, popok sekali pakai berpotensi mencemari lingkungan selama bertahun-tahun.
Sebagai perbandingan, dari 2.246 ton sampah popok, sekitar 741 ton adalah bahan plastik yang membutuhkan waktu puluhan hingga ratusan tahun untuk terurai di alam.
Selain itu, 15,5% dari komposisi popok adalah polimer superabsorben yang meskipun memberikan daya serap tinggi, juga menjadi sumber polusi karena sulit terurai.
Artinya, sekitar 348 ton dari total tonase sampah adalah bahan SAP.
Langkah yang Perlu Dilakukan
Melihat besarnya potensi sampah yang dihasilkan dari popok sekali pakai di Wonosobo, dibutuhkan langkah-langkah nyata untuk mengelola limbah ini.
“Kami akan terus mendorong masyarakat untuk mulai beralih ke alternatif yang lebih ramah lingkungan, seperti popok kain yang dapat digunakan berulang kali,” kata Endang.
Selain mendorong penggunaan popok kain, pemerintah daerah juga perlu menyiapkan infrastruktur untuk pengolahan limbah popok secara khusus.
Pengelolaan sampah popok yang baik dapat mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.
Upaya edukasi juga menjadi salah satu langkah penting untuk menekan jumlah sampah popok.
“Masyarakat perlu lebih sadar akan dampak dari popok sekali pakai, baik terhadap lingkungan maupun terhadap kesehatan mereka sendiri. Jangan buang sampah popok sembarangan, apalagi di buang ke sungai,” ujar Endang.
Dari data yang disampaikan, Kabupaten Wonosobo berpotensi menghasilkan lebih dari 2.200 ton sampah popok sekali pakai setiap tahunnya.
Sampah ini mayoritas sulit terurai dan membutuhkan waktu lama untuk hancur secara alami.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan produsen popok untuk mencari solusi yang lebih berkelanjutan.