Wonosobo, Satumenitnews.com – Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, terkenal dengan pesona alamnya, seperti Dataran Tinggi Dieng dan Bukit Sikunir. Namun, di balik keindahan itu, banyak wisatawan mengeluh tentang kondisi jalan menuju destinasi wisata yang gelap gulita pada malam hari.
Minimnya penerangan jalan menjadi sorotan utama, terutama di jalur penghubung antar lokasi wisata populer.
“Saya ke Dieng malam hari, tapi jalanannya gelap banget. Ngeri, apalagi banyak tanjakan,” ujar Rina, wisatawan asal Semarang, saat berbagi pengalaman kepada Satumenitnews.com, Senin (10/3/2025). Keluhan serupa juga muncul di berbagai ulasan daring, menyoroti risiko keamanan yang mengintai pengguna jalan.
Jalan Gelap Menuju Destinasi Wisata
Jalur Wonosobo menuju Dataran Tinggi Dieng, salah satu destinasi unggulan, kerap jadi perbincangan karena kurangnya lampu jalan. Artikel Kompas Travel pada 2019 pernah menyebut jalur ini “sangat minim penerangan.” Hingga 2024, Wonosobo News masih menyarankan wisatawan menghindari perjalanan malam akibat “kurangnya penerangan dan pandangan terbatas.”
Kondisi ini tidak hanya terbatas pada rute Dieng. Akses ke Telaga Menjer atau Kebun Teh Tambi juga menghadapi masalah serupa. Bayu, pengendara motor asal Jogja, mengaku kesulitan melintasi jalur Sembungan menuju Sikunir dini hari. “Lampunya hampir nggak ada, padahal kabut tebal. Harus ekstra hati-hati,” katanya.
Medan pegunungan Wonosobo, dengan tanjakan curam seperti “Tanjakan Lima Belas Persen” di jalur Dieng, memperparah situasi. Tanpa lampu jalan memadai, visibilitas menurun drastis, terutama saat kabut turun.
Dampak pada Wisatawan dan Ekonomi Lokal
Kurangnya penerangan jalan langsung memengaruhi keamanan wisatawan. Data umum mencatat bahwa pencahayaan buruk sering memicu kecelakaan di malam hari, terutama di daerah berbukit seperti Wonosobo. Wisatawan yang ingin menikmati golden sunrise di Sikunir, misalnya, terpaksa berangkat dini hari melewati jalan gelap, meningkatkan risiko perjalanan.
Selain soal keamanan, pengalaman wisata juga terganggu. Banyak pengunjung memilih menghindari perjalanan malam, membatasi waktu kunjungan mereka. “Sayang banget, padahal malam di Dieng bisa indah kalau jalannya aman,” ungkap Dinda, wisatawan dari Jakarta.
Ekonomi lokal turut merasakan dampaknya. Pedagang kuliner atau suvenir di sekitar destinasi wisata kehilangan peluang karena kunjungan malam menurun. “Kalau jalan terang, mungkin lebih banyak yang mampir malam hari,” kata Siti, penjual makanan di kawasan Dieng.
Upaya Pemerintah: Fokus Jalan, Bukan Lampu?
Pemerintah Kabupaten Wonosobo tidak tinggal diam. Pada 2024, mereka menggelontorkan Rp111 miliar untuk memperbaiki jalan, termasuk jalur wisata, menurut laporan Dinas Kominfo Wonosobo.
Tahun sebelumnya, Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (DPUPR) juga menggarap proyek senilai Rp43,6 miliar untuk akses ke Waduk Wadaslintang dan Telaga Menjer.
Namun, fokus proyek ini lebih pada pengaspalan dan pelebaran jalan. Informasi tentang pemasangan lampu jalan masih minim.
Pada 2016, Pemkab pernah menyebut program lampu LED hemat energi untuk penerangan umum dalam berita berbagai media. Sayangnya, hingga kini, belum ada laporan jelas soal realisasinya di jalur wisata.
“Kami terus berupaya tingkatkan infrastruktur untuk pariwisata,” ujar seorang pejabat DPUPR Wonosobo, meski ia tidak merinci soal penerangan. Anggaran terbatas dan medan sulit diduga jadi kendala utama.
Beberapa pihak menawarkan ide untuk mengatasi masalah ini. Lampu jalan bertenaga surya, misalnya, bisa jadi pilihan cerdas di daerah pegunungan Wonosobo yang kaya sinar matahari. Teknologi ini hemat energi dan tidak bergantung pada jaringan listrik besar.
Jalur utama seperti Wonosobo-Dieng juga perlu diprioritaskan. Titik rawan, seperti tanjakan atau tikungan tajam, bisa mendapat lampu lebih dulu.
“Kalau jalur utama terang, wisatawan pasti lebih nyaman,” kata pemandu wisata lokal.
Kemitraan dengan swasta juga bisa membantu. Hotel atau agen perjalanan di Wonosobo berpotensi ikut mendanai lewat program CSR.
Sementara itu, rencana hibah World Bank pada 2025, seperti disebut Bupati Afif Nurhidayat, membuka harapan baru untuk proyek infrastruktur, termasuk penerangan.
Untuk saat ini, wisatawan disarankan berangkat siang hari bila tanpa pemandu lokal dan dan bila memang harus malam hari disarankan memastikan kendaraan mereka punya lampu depan yang baik.
“Lebih aman kalau pergi pagi, apalagi buat yang bawa motor,” saran Bayu berdasarkan pengalamannya.