Home » Inovasi Penanganan Sampah di Wonosobo: Dari Maggot hingga RDF

Inovasi Penanganan Sampah di Wonosobo: Dari Maggot hingga RDF

by Manjie
Listen to this article

Wonosobo, Satumenitnews.com – Masalah sampah yang terus meningkat di Wonosobo mendorong Dinas Lingkungan Hidup (DLH) untuk mengadopsi berbagai inovasi pengelolaan sampah. Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah memanfaatkan sampah organik untuk produksi maggot dan mendaur ulang sampah plastik menjadi RDF (Refuse Derived Fuel).

Kepala DLH Wonosobo, Endang Lisdyaningsih, mengungkapkan bahwa inovasi ini penting untuk mengurangi volume sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Wonorejo, yang saat ini telah melebihi kapasitas.

“Kita tidak bisa hanya mengandalkan sistem lama. Harus ada inovasi agar sampah yang masuk ke TPA benar-benar minimal,” ujar Endang dalam program Lintas Topik pada Jumat (15/11).

Maggot: Solusi untuk Sampah Organik

Sampah organik yang mendominasi limbah rumah tangga di Wonosobo kini diolah menjadi pakan maggot, larva lalat jenis Black Soldier Fly. Maggot ini kemudian digunakan sebagai pakan alami untuk ternak unggas dan ikan.

Baca juga :  Tim Korsik Kodim 0707/Wonosobo Gelar Latihan Bersama

DLH Wonosobo telah membangun fasilitas produksi maggot di TPS 3R yang berlokasi di kota.

“Sampah organik tidak lagi menjadi limbah yang merugikan, tetapi berubah menjadi sumber daya yang bernilai ekonomi,” jelas Endang.

Produksi maggot ini tidak hanya mengurangi beban sampah organik, tetapi juga membuka peluang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam program pengelolaan sampah berbasis ekonomi.

Selain itu, maggot menghasilkan kasgot, yaitu kotoran maggot yang dapat digunakan sebagai pupuk organik berkualitas tinggi. Uji laboratorium yang dilakukan DLH menunjukkan bahwa kasgot memiliki kadar nutrisi yang lebih tinggi dibandingkan pupuk organik biasa.

RDF: Solusi untuk Sampah Plastik

Untuk menangani sampah plastik yang sulit terurai, Wonosobo kini bekerja sama dengan Solusi Bangun Indonesia (SBI) di Cilacap. Sampah plastik yang dikumpulkan dari desa-desa dicacah dan dipres menjadi RDF, bahan bakar alternatif untuk pabrik semen.

Baca juga :  Polres Wonosobo Gelar Latihan Dalmas untuk Tingkatkan Kesiapsiagaan Personel

“Teknologi ini menjadi solusi untuk mengurangi volume sampah plastik yang selama ini hanya menumpuk di TPA,” kata Endang.

Proses ini juga melibatkan TPS 3R di berbagai desa, seperti Sukoharjo dan Tieng, yang sudah mulai mengirimkan sampah plastik terpilah ke fasilitas pengepresan.

DLH menargetkan pengadaan mesin pencacah dan pengepres pada tahun 2024 untuk mempercepat produksi RDF. Menurut Endang, sekitar 35–45 persen sampah plastik yang diolah bisa menjadi RDF berkualitas tinggi.

Sinergi dengan TPS 3R

Inovasi maggot dan RDF didukung oleh keberadaan TPS 3R yang terus berkembang di Wonosobo. TPS ini tidak hanya menjadi tempat pengolahan sampah, tetapi juga pusat edukasi bagi masyarakat tentang pentingnya memilah sampah sejak dari rumah.

Baca juga :  Ketua Persit Cabang XXVII Bagikan Tumbler untuk Budaya Cinta Lingkungan

Beberapa desa, seperti Tieng dan Dieng, bahkan telah berhasil mengelola sampah secara mandiri dengan memanfaatkan TPS 3R.

“Desa-desa ini menjadi contoh bahwa inovasi pengelolaan sampah bisa diterapkan dengan baik, bahkan di tingkat komunitas kecil,” tambah Endang.

You may also like

Leave a Comment