Wonosobo, satumenitnews.com – Pemerintah Kabupaten Wonosobo terus berupaya meningkatkan layanan kesehatan bagi penderita HIV/AIDS, salah satunya dengan memastikan ketersediaan obat Antiretroviral (ARV) di seluruh fasilitas kesehatan. ARV merupakan pengobatan utama untuk HIV/AIDS yang dapat membantu penderita menjalani hidup sehat dan produktif.
Akses Obat HIV/AIDS di Wonosobo
Menurut Heriyono, SKM MM, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Wonosobo, obat ARV tersedia secara gratis di 24 puskesmas dan tiga rumah sakit di kabupaten tersebut. Pemerintah pusat melalui Kementerian Kesehatan menyuplai obat ini sebagai bagian dari program nasional pengendalian HIV/AIDS.
“Semua puskesmas dan rumah sakit di Wonosobo sudah mampu menangani pengobatan HIV/AIDS, sehingga masyarakat tidak perlu ragu untuk mengaksesnya,” kata Heri dalam wawancara pada peringatan Hari AIDS Sedunia, baru-baru ini.
Kendala dalam Pengobatan HIV/AIDS
Meski fasilitas telah disiapkan, Heri mengungkapkan beberapa kendala yang masih dihadapi:
- Stigma Sosial: Banyak penderita merasa malu atau takut mendapatkan pengobatan karena khawatir menghadapi diskriminasi dari masyarakat.
- Kurangnya Kesadaran: Tidak semua penderita menyadari pentingnya pengobatan, terutama karena HIV seringkali tidak menunjukkan gejala awal yang jelas.
- Efek Samping Obat: ARV dapat menyebabkan efek samping seperti mual dan pusing, yang sering kali membuat pasien enggan melanjutkan pengobatan.
- Mobilitas Penderita: Beberapa penderita pindah tempat tinggal tanpa melanjutkan pengobatan di fasilitas baru, sehingga tidak terpantau.
- Ketergantungan Suplai Pusat: Jika ada kendala distribusi obat dari pemerintah pusat, ketersediaan ARV di daerah dapat terganggu.
Solusi untuk Mengatasi Kendala
Untuk mengatasi kendala ini, Heri menjelaskan beberapa langkah strategis yang telah dilakukan oleh pemerintah dan lembaga pendukung:
Edukasi dan Kampanye: Edukasi kepada masyarakat terus digencarkan untuk mengurangi stigma sosial terhadap HIV/AIDS. “Stigma ini sering menjadi penghalang utama, jadi perlu pendekatan yang lebih personal,” ujar Heri.
Kelompok Dukungan Sebaya (KDS): Komunitas penderita HIV/AIDS dilibatkan untuk mendekati sesama penderita agar mereka tidak merasa sendirian dan mau melanjutkan pengobatan.
Peningkatan Akses: Pemerintah memastikan ARV tersedia di semua puskesmas hingga rumah sakit untuk mempermudah akses.
Program Pencegahan: Pemeriksaan HIV/AIDS dilakukan pada kelompok berisiko, termasuk ibu hamil dan calon pengantin, untuk mendeteksi lebih dini dan memulai pengobatan sebelum virus berkembang.
Dukungan Obat Pencegahan: Program baru juga menyediakan obat pencegahan untuk kelompok berisiko tinggi agar mereka tidak tertular HIV.
Komitmen Pemerintah dan Masyarakat
Heri menegaskan bahwa HIV/AIDS bukan lagi penyakit yang harus ditakuti, melainkan kondisi yang dapat dikendalikan dengan pengobatan rutin. “Penderita HIV bisa menjalani hidup normal seperti orang lain asalkan mereka rutin minum obat. Yang harus kita jauhi adalah virusnya, bukan orangnya,” tegas Heri.
Ia juga mengimbau masyarakat untuk tidak menjauhi penderita HIV/AIDS dan mendukung mereka untuk mendapatkan pengobatan. Dengan kolaborasi semua pihak, pemerintah berharap angka penularan HIV dapat ditekan, dan stigma sosial terhadap HIV/AIDS di Wonosobo bisa dihilangkan.