Wonosobo, satumenitnews.com – Dalam rangka memperingati Hari AIDS Sedunia pada 1 Desember lalu, mari kita menyoroti pentingnya pemahaman tentang HIV, masa inkubasinya, serta mengapa stigma terhadap penderita HIV masih menjadi tantangan besar.
Dalam wawancara dengan Heriyono, SKM MM, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo, kami menggali lebih dalam mengenai topik ini yang masih relevan hingga kini.
Masa Inkubasi HIV: Apa Itu dan Seberapa Lama Terjadi?
Masa inkubasi HIV, yang lebih dikenal dengan istilah windows period, adalah periode setelah seseorang terinfeksi HIV namun belum terdeteksi melalui tes darah. Heriyono menjelaskan bahwa masa inkubasi ini bisa berlangsung selama 3 hingga 6 bulan setelah seseorang terinfeksi virus.
“Selama masa inkubasi ini, meskipun seseorang sudah terinfeksi HIV, tes darah tidak bisa mendeteksi virusnya. Ini sangat berbahaya karena orang yang terinfeksi mungkin merasa sehat dan tidak menyadari sudah membawa virus,” ungkap Heriyono.
Masa inkubasi ini menjadi titik kritis dalam penanggulangan HIV, karena banyak orang yang tidak melakukan tes HIV dan merasa tidak ada masalah meskipun virus sudah masuk ke tubuh mereka.
Gejala dan Tahap Perkembangan HIV
Setelah masa inkubasi selesai, HIV bisa berkembang menjadi AIDS. Pada tahap AIDS, sistem kekebalan tubuh seseorang sudah sangat terganggu, dan tubuh menjadi sangat rentan terhadap infeksi lain, seperti TBC. Gejala yang paling umum ditemukan adalah penurunan berat badan yang drastis, sariawan yang tidak sembuh, dan batuk berkepanjangan.
“Pada tahap ini, seseorang yang terinfeksi HIV mulai merasakan gejala yang cukup parah. Namun, sebelum itu, orang yang terinfeksi HIV biasanya merasa sehat,” jelas Heriyono.
Masa Inkubasi dan Pentingnya Deteksi Dini
Masa inkubasi ini menjadi titik kritis dalam upaya pencegahan dan deteksi dini. Salah satu tantangan terbesar adalah banyak orang yang terinfeksi HIV namun tidak menyadari kondisi mereka, karena tidak ada gejala yang terlihat. Heriyono menekankan bahwa deteksi dini sangat penting agar seseorang yang terinfeksi dapat segera mendapatkan pengobatan antiretroviral (ARV) yang dapat mengendalikan perkembangan virus.
“Deteksi dini sangat penting untuk mencegah penyebaran HIV. Jika orang yang terinfeksi dapat segera mendapatkan pengobatan ARV, mereka bisa hidup normal dan mengurangi risiko menularkan HIV ke orang lain,” tambah Heriyono.
Stigma Sosial: Tantangan Besar dalam Penanggulangan HIV
Meskipun informasi mengenai HIV semakin mudah diakses, stigma sosial terhadap penderita HIV masih kuat di masyarakat. Heriyono mengungkapkan bahwa banyak orang yang terinfeksi HIV merasa takut untuk mengungkapkan status kesehatan mereka karena khawatir akan dikucilkan atau dijauhi oleh orang-orang di sekitar mereka.
“Banyak orang yang terinfeksi HIV merasa malu dan takut berbicara tentang kondisi mereka. Mereka khawatir jika masyarakat akan memberi stigma buruk dan menganggap mereka sebagai orang yang tidak bermoral. Padahal, HIV bisa menyerang siapa saja,” ujar Heriyono.
Stigma ini menghambat banyak penderita HIV untuk mencari pengobatan, yang pada akhirnya memperburuk kondisi mereka. Ini adalah salah satu tantangan besar dalam penanggulangan HIV di Wonosobo dan di dunia.
Menghapus Stigma dan Edukasi untuk Masyarakat
Heriyono menegaskan bahwa sangat penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa HIV tidak hanya menyerang kelompok tertentu, dan penularan HIV hanya terjadi melalui beberapa cara, seperti hubungan seksual tanpa pengaman, transfusi darah yang tidak aman, dan penggunaan jarum suntik secara bergantian.
“Masyarakat harus berhenti menstigma orang dengan HIV. Mereka tidak berbeda dengan kita, mereka hanya terinfeksi virus yang dapat dikendalikan dengan pengobatan yang tepat,” tambah Heriyono.
Edukasi yang tepat dan penghapusan stigma sangat penting agar penderita HIV dapat mendapatkan pengobatan tanpa rasa malu. Ini akan membantu mendorong penderita HIV untuk lebih terbuka dan menjalani kehidupan yang lebih sehat.
Deteksi Dini dan Pemeriksaan Rutin
Heriyono juga menekankan bahwa deteksi dini sangat penting untuk mengidentifikasi orang yang terinfeksi HIV lebih awal. Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo melakukan pemeriksaan rutin untuk kelompok berisiko seperti ibu hamil, pekerja seks, dan pengguna narkoba suntik.
“Kami melakukan pemeriksaan rutin pada ibu hamil untuk mencegah penularan ke bayi mereka. Jika seorang ibu hamil positif HIV, kami segera memberikan pengobatan yang diperlukan untuk mengurangi risiko penularan ke bayi,” ujarnya.
Hari AIDS Sedunia dan Upaya Bersama
Peringatan Hari AIDS Sedunia pada 1 Desember lalu mengingatkan kita akan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, lembaga non-pemerintah, dan masyarakat dalam menangani HIV/AIDS.
Pemerintah Kabupaten Wonosobo melalui Dinas Kesehatan terus berkomitmen untuk memerangi HIV dan AIDS dengan menyediakan fasilitas pengobatan yang terjangkau, serta meningkatkan kesadaran masyarakat melalui program edukasi yang berkelanjutan.