Home » Perspektif Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan (Dispaperkan) Tentang Kondisi Tanaman Pangan di Wonosobo

Perspektif Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan (Dispaperkan) Tentang Kondisi Tanaman Pangan di Wonosobo

by Manjie
Listen to this article

Wonosobo, satumenitnews.com – Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan (Dispaperkan) Wonosobo menyoroti sejumlah tantangan yang dihadapi sektor tanaman pangan di kabupaten ini. Dengan lahan sawah yang terus menyusut, alih fungsi lahan, dan perubahan pola tanam, keberlanjutan produksi pangan menjadi fokus utama.

Burhan Lutfi, Analis Prasarana dan Sarana Pertanian Dispaperkan Wonosobo, menjelaskan kondisi terkini tanaman pangan beserta langkah-langkah yang diambil pemerintah.

“Lahan sawah kita terus berkurang, terutama di daerah seperti Garung dan Mojotengah. Bahkan, di beberapa desa, sawah hampir tidak tersisa,” kata Burhan Lutfi. Kecamatan Kejajar, misalnya, tidak memiliki lahan sawah, sementara di Garung dan Mojotengah, lahan sawah kini hanya tersisa di 4 desa.

Baca juga :  Masa Depan Pertanian dan Ketahanan Pangan Wonosobo di Era Afif Nurhidayat – Amir Husein

Tanaman Pangan di Tengah Pergeseran Pola Tanam

Pola tanam di Wonosobo masih didominasi oleh padi, jagung, dan singkong, namun terjadi pergeseran ke hortikultura seperti cabai dan sayuran. Burhan menjelaskan bahwa pola tanam tradisional “dua-satu” (dua kali padi, satu kali hortikultura) mulai tergeser karena petani mengutamakan tanaman yang dianggap lebih menguntungkan.

“Petani semakin memilih hortikultura karena hasilnya lebih cepat dan menguntungkan, meski risikonya tinggi. Ini menjadi tantangan bagi keberlanjutan tanaman pangan,” jelas Burhan.

Pendataan Tanaman Pangan Masih Perlu Pembenahan

Dispaperkan menghadapi kendala dalam pendataan, terutama untuk pola tanam tumpang sari yang umum dilakukan petani. Satu lahan sering kali digunakan untuk berbagai komoditas, seperti padi, jagung, dan cabai, sehingga menciptakan data yang tumpang tindih.

Baca juga :  Produksi Padi di Wonosobo Menurun: Pergeseran Pola Tanam Jadi Tantangan Utama

“Kami sedang berupaya untuk memperbaiki sistem pendataan agar bisa mencatat kondisi lapangan dengan lebih akurat,” ujar Burhan.

Data yang akurat dibutuhkan untuk mendukung perencanaan strategis sektor pertanian.

Minimnya Regenerasi Petani

Burhan juga menyoroti persoalan regenerasi petani. Sebagian besar petani di Wonosobo adalah generasi tua, sementara generasi muda semakin sedikit yang berminat untuk bertani.

“Anak muda lebih memilih sektor lain, meninggalkan lahan sawah tanpa pengelolaan optimal,” tambahnya.

Mayoritas lahan sawah di Wonosobo adalah milik pribadi (sekitar 80%), selebihnya dengan pengelolaan menggunakan sistem sewa atau bagi hasil.

“Namun tanpa regenerasi, keberlanjutan pertanian kita sulit terwujud,” lanjut Burhan.

Penyusutan Lahan Sawah Jadi Masalah Utama

Sementara itu di dapat dari Umar Soid, Kepala Bidang Program dan Penyuluhan data berdasar tahun 2023 menunjukkan luas lahan sawah di Wonosobo mencapai 10.877 hektare, namun penyusutan lahan terjadi dengan rata-rata 3.000 meter persegi per tahun. Penyebab utama adalah alih fungsi lahan untuk permukiman, pariwisata, dan infrastruktur.

Baca juga :  Mengurangi Sampah Plastik untuk Masa Depan yang Berkelanjutan: Kepala DLH Wonosobo Tekankan Pentingnya Perubahan Kebiasaan

Dispaperkan Wonosobo menyoroti tantangan sektor tanaman pangan, seperti penyusutan lahan dan perubahan pola tanam. Berbagai program diluncurkan untuk menjaga keberlanjutan.

You may also like

Leave a Comment