Home » Ka Disparbud Wonosobo Tanggapi Isu Pariwisata yang Dibandingkan dengan Kabupaten Tetangga

Ka Disparbud Wonosobo Tanggapi Isu Pariwisata yang Dibandingkan dengan Kabupaten Tetangga

by Manjie
Listen to this article

Wonosobo, satumenitnews.com – Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Wonosobo, Agus Wibowo, memberikan tanggapan terkait pernyataan salah satu pasangan calon (paslon) dalam debat Pilkada Wonosobo 2024 yang diselenggarakan KPU di Gedung Adipura pada Jumat, 15 November 2024. Paslon tersebut menyebut bahwa sektor pariwisata Wonosobo masih kalah bersaing dengan kabupaten tetangga.

Menurut Agus, kemungkinan kabupaten yang dijadikan pembanding adalah Banjarnegara. Namun, ia menekankan bahwa Dieng sebagai tujuan wisata utama tetap menjadi magnet terbesar bagi wisatawan, terlepas dari wilayah administratifnya.

“Pemerintah Kabupaten Wonosobo tidak memiliki pengelolaan destinasi wisata di Dieng. Berbeda dengan Banjarnegara yang mengelola banyak destinasi wisata di kawasan Dieng,” ujarnya.

Baca juga :  Geo Dipa Resmikan SPAM di Desa Sikunang, Jawab Kebutuhan Air Bersih Masyarakat Wonosobo

Agus juga mengungkapkan bahwa pemasukan utama dari sektor wisata Wonosobo berasal dari retribusi di kawasan Garung. “Yang lain ada, tapi tidak besar,” tambahnya.

Data Pemasukan Retribusi Pariwisata Wonosobo

Agus menjelaskan bahwa pemasukan dari retribusi pariwisata Wonosobo menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun. Berikut data yang diungkapkan:

  • 2020: Rp2,5 miliar
  • 2021: Rp3,5 miliar
  • 2022: Rp5 miliar
  • 2023: Rp6,1 miliar
  • 2024 (belum tutup buku, tiap 31 Desember): Rp7,8 miliar

“Ini hanya dari sektor retribusi, belum termasuk pajak dari hotel, restoran, hiburan, parkir, dan lainnya,” terang Agus. Ia menambahkan bahwa jika hanya melihat data retribusi, menyebut sektor wisata Wonosobo “kurang” adalah hal yang tidak sepenuhnya tepat.

Baca juga :  Sinergi Basarnas dan Relawan: Meningkatkan Kesiapan Menghadapi Bencana di Wonosobo dan Sekitarnya
Masalah Komitmen Tour Operator

Agus juga menyoroti persoalan lain terkait pengelolaan retribusi, yakni kurangnya komitmen dari beberapa tour operator yang beroperasi di Wonosobo.

“Padahal biaya yang dibebankan kepada klien mereka sudah termasuk biaya retribusi. Namun, kenyataannya, biaya itu tidak sepenuhnya tersampaikan kepada negara,” ungkapnya.

Ia menyayangkan praktik semacam ini karena dapat merugikan daerah dalam jangka panjang. Menurut Agus, pengelolaan pariwisata yang baik membutuhkan kerja sama dari semua pihak, termasuk tour operator, untuk memastikan kontribusi keuangan berjalan sesuai aturan.

You may also like

Leave a Comment

error: Content is protected !!