Home » Over tourism: Ancaman Baru untuk Keberlanjutan Destinasi Wisata

Over tourism: Ancaman Baru untuk Keberlanjutan Destinasi Wisata

Lonjakan wisatawan yang tak terkendali membawa dampak buruk pada lingkungan, budaya lokal, dan kenyamanan wisatawan itu sendiri

by Manjie
Listen to this article

Wonosobo, satumenitnews.com – Dieng, sebuah kawasan dataran tinggi di Jawa Tengah, telah lama dikenal sebagai surga wisata dengan keindahan alam dan kekayaan budaya. Namun, di balik popularitasnya, Dieng kini menghadapi tantangan serius: over tourism.

“Dieng itu ikon Wonosobo, tapi sekarang banyak masalah. Dari kemacetan, sampah wisatawan, sampai pembangunan vila yang tidak terkendali,” ujar Farid Gaban, wartawan senior sekaligus Direktur Pelaksana Yayasan Diaspora Wonosobo, dalam podcast Lintas Topik.

Fenomena over tourism terjadi ketika jumlah wisatawan melebihi daya dukung suatu destinasi. Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh lingkungan, tetapi juga masyarakat lokal dan kenyamanan wisatawan itu sendiri.

Kerusakan Lingkungan yang Mengkhawatirkan

Salah satu dampak paling nyata dari over tourism di Dieng adalah kerusakan lingkungan. Penebangan hutan untuk pembangunan homestay dan vila telah mengurangi tutupan hijau di kawasan ini.

Baca juga :  Pleno Kabupaten Berjalan Lancar : Partisipasi Pemilih Mencapai 83 Persen

“Sumber air di Dieng semakin berkurang. Banyak mata air yang dulu melimpah sekarang kering, terutama di musim kemarau,” kata Farid.

Sedimentasi di Sungai Serayu, yang sebagian besar disebabkan oleh erosi dari lahan pertanian dan pembangunan di Dieng, juga menjadi bukti nyata kerusakan lingkungan. Selain itu, penggunaan pupuk kimia secara masif pada budidaya kentang telah merusak kesuburan tanah dan mencemari sumber air.

Budaya Lokal Terancam

Selain lingkungan, budaya lokal Dieng juga terancam oleh over tourism. Banyak wisatawan yang kurang menghormati adat setempat, seperti meninggalkan sampah di area candi atau melakukan vandalisme di situs-situs budaya.

“Dieng punya banyak kearifan lokal. Tapi kalau wisatawan tidak diajarkan menghargai budaya kami, lama-lama tradisi ini bisa hilang,” ujar Aditya, warga lokal Dieng yang juga mengelola homestay.

Baca juga :  PLN Berikan Diskon 50% Tarif Listrik untuk Pelanggan Rumah Tangga

Festival tahunan seperti Dieng Culture Festival, yang awalnya dirancang untuk memperkenalkan budaya lokal, kini berubah menjadi magnet wisatawan yang justru sering meninggalkan beban sampah yang luar biasa banyak.

Over tourism Mengurangi Kenyamanan Wisatawan

Ironisnya, lonjakan wisatawan juga berdampak pada pengalaman wisata itu sendiri. Dieng yang dulu dikenal tenang kini sering macet, terutama saat liburan panjang. Banyak wisatawan mengeluhkan sulitnya menikmati keindahan Dieng karena terlalu ramai.

“Waktu datang ke Dieng Culture Festival, saya malah merasa stres karena terlalu penuh. Saya tidak bisa menikmati pemandangan atau acaranya,” keluh Siska, wisatawan asal Yogyakarta.

Langkah Mitigasi untuk Dieng

Dalam podcast yang sama, Farid Gaban menyebutkan beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi overtourism di Dieng:

  1. Pembatasan Wisatawan: Pemerintah perlu menetapkan kuota harian untuk wisatawan agar daya dukung lingkungan tetap terjaga.
  2. Edukasi Wisatawan: Kampanye kesadaran tentang pentingnya menjaga lingkungan dan budaya lokal harus menjadi bagian dari pengalaman wisata.
  3. Pengelolaan Sampah yang Lebih Baik: Setiap destinasi di Dieng harus dilengkapi fasilitas pengelolaan sampah yang memadai.
  4. Diversifikasi Destinasi Wisata: Pengembangan destinasi baru di sekitar Wonosobo dapat membantu mengurangi beban wisatawan di Dieng.
Baca juga :  Ratusan Pelaku Usaha di Wonosobo Ikuti Bimtek yang Diadakan DPMPTSP

Peran Komunitas Lokal dalam Pengelolaan Wisata

Farid juga menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan pariwisata. Komunitas lokal dapat menjadi garda terdepan dalam menjaga kelestarian alam dan budaya Dieng.

“Kalau masyarakat lokal dilibatkan, mereka akan lebih peduli untuk menjaga tempat ini tetap indah. Kita harus menjadikan mereka bagian dari solusi, bukan hanya penonton,” tambah Farid.

Dengan edukasi dan pelibatan aktif, masyarakat bisa menjadi duta pariwisata yang menjaga keseimbangan antara manfaat ekonomi dan kelestarian lingkungan.

You may also like

Leave a Comment