Wonosobo, Satumenitnews.com – Di tengah arus zaman yang serba instan, seorang pelaku UMKM bernama Bu Muzah di Wonosobo tetap teguh menjaga warisan kuliner lokal. Combro buatannya, camilan khas berbahan dasar singkong, masih diproses secara tradisional dari awal hingga siap jual.
Produksi dilakukan setiap hari, mulai pukul 08.00 hingga 16.00 WIB. Semua proses dikerjakan secara manual di dapur rumah sederhana miliknya, dari pengupasan singkong hingga pengemasan dalam plastik siap edar.
“Setiap pagi kami mulai dari mengupas singkong. Lalu cuci, giling, dan bumbui. Semua dikerjakan sendiri tanpa mesin besar,” kata Bu Muzah saat ditemui di rumah produksinya, Selasa (14/5/2025).
Dari Kupasan Singkong Hingga Cetakan Kaleng Susu
Proses pertama adalah pengupasan dan pencucian singkong. Singkong yang masih segar dikupas satu per satu, lalu dicuci bersih untuk menghilangkan sisa tanah dan getah.
Selanjutnya, singkong digiling menggunakan alat sederhana hingga halus. Setelah itu, adonan diberi bumbu seadanya. Menurut Bu Muzah, bumbu yang digunakan tetap setia pada rasa lokal. “Kami pakai daun oncang, masako, dan sedikit micin saja. Itu yang bikin rasanya khas dan gurih,” ujarnya.
Yang menarik, adonan dicetak menggunakan cetakan dari kaleng susu bekas. Kaleng dimodifikasi agar sesuai ukuran Combro yang lazim dijual di pasar tradisional.
Dijemur Sebentar, Digoreng Hingga Keemasan
Adonan yang sudah dicetak tidak langsung digoreng. Ia dijemur dulu di atas tampah selama 3 sampai 4 menit. “Kalau langsung digoreng biasanya kadar airnya kebnyakan. Jadi dijemur sebentar saja biar sedikit kering,” jelas Bu Muzah.
Setelah agak kering, Combro digoreng dalam minyak panas hingga berwarna kuning keemasan. Proses ini menjadi salah satu tahap penting agar tekstur luar kering, tapi bagian dalam tetap lembut.
Menurut Bu Muzah, penggorengan dilakukan dengan cermat. “Kalau terlalu lama malah keras, jadi harus tahu waktunya,” katanya sembari mengangkat Combro dari wajan.
Mengapa Hanya Ada Satu Varian Rasa?
Hingga kini, Bu Muzah hanya memproduksi satu varian rasa Combro, yakni original. Alasannya bukan karena keterbatasan bahan, tetapi lebih pada mempertahankan rasa yang khas.
“Kalau pakai isian manis atau gula, kurang diminati karena combro kering saperti ini sudah khas dengan rasa gurih agak pedasnya,” ungkapnya.
Setelah proses penggorengan selesai, Combro dikemas dalam plastik sederhana lalu siap disalurkan ke warung-warung di Wonosobo dan sekitarnya.