Wonosobo, satumenitnews.com – Istilah “primitif politik” sering kali muncul dalam diskusi politik ketika perilaku atau tindakan politik tertentu dianggap tidak sesuai dengan norma-norma demokrasi yang modern.
Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan “primitif politik” dan mengapa ini menjadi ancaman bagi sistem demokrasi?
Secara umum, “primitif politik” merujuk pada perilaku politik yang dianggap kurang matang atau tidak beradab, biasanya karena tidak mematuhi norma-norma demokrasi yang sehat.
Praktik-praktik yang masuk dalam kategori ini sering kali kasar, manipulatif, dan cenderung menggunakan cara-cara kekerasan atau intimidasi daripada dialog dan kompromi yang seharusnya menjadi ciri khas politik demokratis.
Politik yang Kurang Rasional dan Berorientasi pada Kepentingan Sempit
Salah satu dimensi dari “primitif politik” adalah kurangnya rasionalitas dalam pengambilan keputusan politik.
Dalam konteks ini, keputusan politik sering diambil berdasarkan insting, emosi, atau prasangka, bukan berdasarkan logika atau analisis yang mendalam.
Misalnya, keputusan yang diambil oleh pemimpin atau kelompok politik tertentu mungkin didorong oleh ketakutan, kebencian, atau mitos, tanpa mempertimbangkan bukti atau dampak jangka panjang.
Selain itu, “primitif politik” juga bisa menggambarkan praktik politik yang berorientasi pada keuntungan pribadi atau kelompok kecil.
Dalam hal ini, politik tidak lagi dijalankan untuk kepentingan umum atau nasional, melainkan untuk kepentingan segelintir individu atau kelompok.
Politik semacam ini sering kali mengabaikan prinsip keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat, dan malah mementingkan kekuasaan dan kepentingan pribadi.
Sistem Politik yang Belum Berkembang dan Penggunaan Ketakutan
Dimensi lain dari “primitif politik” bisa ditemukan dalam sistem politik yang belum berkembang atau terorganisir dengan baik.
Dalam konteks ini, istilah tersebut merujuk pada penggunaan struktur kekuasaan tradisional seperti otoritarianisme atau feodalisme yang tidak memberikan ruang bagi partisipasi rakyat atau mekanisme demokrasi yang efektif.
Negara-negara atau wilayah dengan sistem politik seperti ini sering kali mengalami kesulitan dalam mewujudkan demokrasi yang stabil dan inklusif.
Di samping itu, “primitif politik” juga bisa merujuk pada politik yang didasarkan pada kekuasaan absolut dan penggunaan ketakutan untuk mempertahankan kendali.
Dalam sistem politik semacam ini, penggunaan militer atau polisi secara berlebihan untuk menindas oposisi atau membungkam kebebasan berbicara dan pers menjadi hal yang biasa.
Situasi ini jelas mengancam prinsip-prinsip dasar demokrasi dan hak asasi manusia.
Menghadapi Tantangan Primitif Politik dalam Demokrasi
Primitif politik, dalam segala dimensinya, menimbulkan ancaman serius bagi demokrasi.
Ketika politik dilakukan dengan cara yang tidak rasional, tidak beradab, dan tidak menghormati hak-hak dasar warga negara, maka demokrasi itu sendiri berada dalam bahaya.
Oleh karena itu, penting untuk terus mengedukasi masyarakat dan mendorong praktik politik yang sehat dan demokratis, yang mengedepankan dialog, transparansi, dan penghormatan terhadap hukum.
### Catatan: Artikel Opini ini dibuat berdasarkan banyak sumber literasi penulis.