Wonosobo, Satumenitnews.com – Puluhan siswa SMA, SMK, dan santri pondok pesantren di Kabupaten Wonosobo mengikuti pelatihan teknologi pertanian modern dalam rangka Hari Pers Nasional (HPN) 2025. Kegiatan ini diinisiasi oleh Komunitas Jurnalis Wonosobo dengan mengusung tema “Pers Mengawal Ketahanan Pangan untuk Kemandirian Bangsa”.
Ketua Panitia HPN 2025 Kabupaten Wonosobo, Agus Supriyadi, menyoroti rendahnya minat generasi muda terhadap sektor pertanian dan pentingnya regenerasi petani untuk menjaga ketahanan pangan.
“Generasi sekarang ini banyak yang tidak tertarik dengan pertanian karena dianggap tidak ada cuannya. Padahal, jika tidak ada yang meneruskan, bagaimana masa depan sektor pertanian kita?” ujarnya saat membuka kegiatan pelatihan di green house milik petani Eko Mardiana di Rojoimo dan Kebun Belajar Tani milik Pemkab Wonosobo, Selasa (25/2/2025).
Mengenalkan Teknologi Pertanian yang Menyenangkan bagi Generasi Muda
Regenerasi petani menjadi tantangan besar di sektor pertanian Indonesia. Banyak anak muda menganggap bertani sebagai pekerjaan yang tidak menarik dan kurang menguntungkan. Oleh karena itu, pelatihan ini bertujuan untuk mengubah cara pandang siswa dan santri terhadap pertanian dengan menunjukkan bahwa sektor ini sudah berkembang ke arah industri berbasis teknologi.
“Pak Eko Mardiana ini memiliki pengalaman luas dan berhasil mengembangkan teknologi pertanian inovatif. Kisah suksesnya sebagai petani bisa menjadi motivasi bagi generasi muda agar mereka lebih tertarik menekuni sektor pertanian,” tambah Agus.
Peserta diajak untuk melihat langsung bagaimana teknologi dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas pertanian, termasuk penerapan sistem hidroponik, penggunaan sensor IoT untuk pemantauan tanaman, serta inovasi dalam proses pasca-panen.
Kebun Belajar Tani: Laboratorium Terbuka bagi Siswa dan Santri
Kegiatan ini juga menjadi momen untuk memperkenalkan Kebun Belajar Tani, sebuah fasilitas baru yang dikembangkan oleh Pemkab Wonosobo sebagai laboratorium pertanian terbuka bagi siswa dan masyarakat umum.
Menurut One Andang Wardoyo, Sekretaris Daerah Kabupaten Wonosobo, daerah ini memiliki potensi besar dalam sektor pertanian yang harus dikelola dengan baik agar dapat memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat.
“Pemkab Wonosobo memiliki visi 20 tahun ke depan untuk menjadi pusat agrobisnis dan pariwisata terkemuka di Jawa Tengah. Oleh karena itu, kita harus mengenalkan sektor pertanian ini kepada generasi muda, termasuk para santri pondok pesantren, agar mereka bisa turut serta mengelola potensi yang ada,” jelas Andang.
Dengan fasilitas ini, siswa dan santri tidak hanya mendapatkan teori pertanian di sekolah, tetapi juga dapat praktik langsung untuk memahami bagaimana teknologi dapat diterapkan dalam dunia pertanian modern.

Sekda Wonosobo, One Andang Wardoyo menceritakan pengalaman waktu mudanya yang berlatar belakang petani, “Dulu saya juga pernah ngarit, cari rumput untuk ternak dirumah,” katanya dengan bangga.
Pers Berperan dalam Mengawal Ketahanan Pangan
Tema HPN 2025, yaitu “Pers Mengawal Ketahanan Pangan untuk Kemandirian Bangsa”, menegaskan bahwa media memiliki peran penting dalam memperjuangkan isu ketahanan pangan. Pers bukan hanya bertugas sebagai penyampai informasi, tetapi juga sebagai agen perubahan yang mendorong inovasi dalam sektor pertanian.
Dengan publikasi yang lebih luas mengenai pertanian modern, diharapkan generasi muda baik dari SMA, SMK, maupun pondok pesantren dapat memahami bahwa pertanian bukan hanya pekerjaan tradisional, tetapi bisnis berbasis teknologi yang menjanjikan keuntungan besar.
Mempersiapkan Masa Depan dengan Pertanian Berbasis Teknologi
Ketahanan pangan menjadi isu strategis global. Jika tidak ada upaya nyata untuk menarik generasi muda ke sektor ini, maka dalam beberapa dekade ke depan, ketersediaan pangan bisa menjadi ancaman serius.
One Andang Wardoyo menegaskan bahwa Wonosobo harus menyiapkan diri untuk menjadi daerah yang mampu memenuhi kebutuhan pangan dengan maksimal.
“Kalau kita punya potensi besar di sektor ini, tetapi tidak kita manfaatkan dengan baik, maka itu adalah kerugian besar. Saya berharap dari Wonosobo akan lahir anak-anak muda, termasuk santri, yang fokus pada agrobisnis dan mampu mengelola potensi pertanian dengan lebih profesional,” pungkasnya.
Dengan adanya Kebun Belajar Tani, kehadiran tokoh pertanian inspiratif seperti Eko Mardiana, serta keterlibatan aktif media dalam mengawal ketahanan pangan, Wonosobo menunjukkan bahwa regenerasi petani dan pengembangan pertanian modern bisa berjalan beriringan. Langkah ini menjadi contoh bagaimana daerah dapat memastikan masa depan pertaniannya tetap kuat, inovatif, dan berkelanjutan.