Wisata Natas Angin
Home » Menapaki Natas Angin, Puncak Tertinggi Pegunungan Muria

Menapaki Natas Angin, Puncak Tertinggi Pegunungan Muria

by Arum
Listen to this article

Kudus, satumenitnews.com  – Mendaki gunung bisa jadi merupakan hal biasa di kalangan anak muda.

Setidaknya kegiatan hiking menemui alam kini tengah menjadi tren dan digandrungi banyak orang.

Tidak jelas sebenarnya apa alasan seseorang mendaki gunung.

Ada yang untuk bersenang-senang, iseng bersama teman-teman, atau seseorang dengan pikiran liar yang tidak bisa dikendalikan.

Menapaki Natas Angin, Puncak Tertinggi Pegunungan Muria

Saya, dengan perasaan yang tidak jelas untuk dideskripsikan mencari alasan kenapa melakukan pendakian di Puncak Natas Angin atau Abiyoso yang menjadi salah satu TOP puncak di Pegunungan Muria, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

Tidak sendiri, perjalanan di luar ekspektasi itu saya lakukan dengan seorang kawan perempuan.

Jika mendengar Puncak Natas Angin di luar Jawa Tengah, orang mungkin tidak mengenalnya.

Namun orang akan terganggu ketika menyebut Gunung Muria. Orang di luar Jateng mengenal Muria sebagai salah satu tempat bersemayamnya satu dari sembilan Wali Songo, yakni Makam Sunan Muria atau Raden Umar Said.

Namun, di kalangan penikmat gunung Kudus dan sekitarnya, Gunung Muria menyimpan TOP puncak yang menarik untuk dilewatkan dari daftar pendakian.

Secara landscape, Pegunungan Muria memiliki bentang memanjang dengan beberapa puncak, lebih khas dibandingkan gunung-gunung tunggal di Jateng.

Setidaknya ada tiga puncak, sepengamatan penulis yang masuk daftar pendakian, yakni Puncak 29 atau Saptorenggo, Puncak Natas Angin atau Abiyoso, dan Puncak Argopiloso.

Meski demikian Natas Angin disebut sebagai puncak tertinggi di Pegunungan Muria dengan ketinggaian 1.780 mdpl.

Rencana pendakian mendadak, pagi mencari info lalu sehabis Magrib diputuskan untuk mendaki.

Kami berdua sampai di tempat parkir pendakian Natas Angin di jalan Rahtawu sekitar pukul 19.45 WIB.

Jika anda ingin mencapainya bisa melalui Alun-alun Simpang Tujuh Kudus ambil arah Gebog atau pabrik rokok Sukun, lurus hingga sampai gapura Desa Rahtawu.

Belum cukup sampai di sana, anda harus memacu kendaraan mengikuti jalan berkelok, naik turun dan sempit, serta minim penerangan saat malam hari. Ada papan besar sebagai tempat parkir pendakian Abiyoso.

Baca juga :  Berwisata Vulkanik Kawah Sikidang Dataran Tinggi Dieng

Pendakian selalu berjalan diluar rencana, setidaknya itu kemungkinan paling sering terjadi saat pendakian.

Karena itu seberapa santainya rencana mendaki gunung, harus dengan perlengkapan dan logistik yang memadai untuk kemungkinan terburuk perjalanan.

Pukul 20.00 WIB rencana berangkat dengan komunitas gagal, kami berdua berangkat lebih awal.

Perasaan seperti tidak dibutuhkan banyak pikiran dalam mengawali pendakian.

Tidak satu dari kami berdua pernah ke puncak Natas Angin, kami mengikuti jalan setapak dengan senter.

Dalam pendakian yang hanya berdua dan perempuan pula, seharusnya ada perasaan was-was atau setidaknya deg-degan, kalau-kalau nanti hilang atau dimakan hantu pegunungan, namun bisa dipastikan perasaan itu tidak mampir di pikiran Saya.

Pos pertama 507 mdpl, ada tempat gubug namun tidak bisa digunakan sebagai tempat istirahat karena lapuk.

Pos pertama jaraknya tidak begitu jauh dari tempat parkir. Di awal pendakian, rute langsung menanjak dengan jalan beton berundak kecil.

Menuju pos kedua, jalan merupakan area kebun warga sekitar yang masih terawat, saat itu langit masih bisa nampak indah, beruntung cuaca Sabtu malam di awal bulan April 2021 sangat cerah.

Perjalanan semakin larut dan jalan berubah bebatuan dan terjal.

Dari pos dua ke pos tiga, pendaki bisa mendapati kebun kopi yang masih hijau.

Warga membuat jalur pendakian ramah dengan ilalang di sepanjang jalan yang dipangkas bersih. Kendati demikian jika hanya mendaki berdua, jalan terasa sepi.

Kami berdua harus mengandalkan pembicaraan tidak penting agar lupa pada kemungkinan terburuk. Rasa takut? Bisa datang kapan saja. Itu realistis.

Melalui jalan setapak menanjak dari pos ke pos pendakian Natas Angin, semakin dianggap sebentarlagi, faktanya perjalanan tidak kunjung sampai.

Baca juga :  Desa Wisata Lipursari Kaya Panorama Alam & Budaya yang Eksotis

Namun, apapun itu keputusan mendaki membuat konsekuensi untuk menghadapi apapun yang terjadi. Tidak ada tempat untuk mengeluh selama perjalanan. Intinya kalau kuat lanjutkan, kalau lelah berhenti sebentar lalu lanjut lagi.

Beberapa kali, kami bertemu kelompok pendaki lain, beberapa anak muda dari Rembang Jepara, juga pendaki dari Kudus sendiri, semuanya kelompok laki-laki.

Dari pos satu hingga sampai pos lima, area camping sebelum puncak atau pos 5 pendataan, kami berdua sama sekali tidak berpapasan dengan pendaki perempuan.

Menapaki Natas Angin, Puncak Tertinggi Pegunungan Muria

Puncak Natas Angin berkabut

Pegunungan Muria nan Eksotis, Coba Saja

Perlu diketahui, pada pendakian puncak Natas Angin tidak ada basecamp untuk regristrasi di awal pendakian.

Yang ada hanya pendataan di pos terakhir sebelum menuju puncak.

Berapa biaya pendataan?

Itu tergantung dari seberapa harga yang pantas pendaki pikir untuk perjalanan yang sudah dilaluinya menuju puncak Natas Angin alias seiklhasnya.

Pukul 23.30 WIB, kami berdua mendirikan tenda kapasitas 2 orang.

Menimbun lelah sementara sebelum pukul 05.00 WIB kami lanjut jalan menuju puncak Natas Angin.

Setidaknya dari informasi di bagian pendataan, butuh 1 jam untuk mencapai titik tertinggi pendakian.

Cukup mencengangkan, perjalanan terakhir ke puncak tidak semudah mengambil foto perjalanan.

Ada dua jalur yang bisa dipilih, jalur bebek dan jalur naga.

Tercepat melalui jalur naga, dan diputuskan memilih jalur itu kendati juga tidak tahu medan yang akan dilalui bagaimana. Hanya kami berdua.

Kondisi saat itu sangat berkabut, jalur pendakian sama sekali tidak terlihat.

Banyak ilalang setinggi dagu yang perlu dilalui.

Sebelah kanan jalur adalah jurang yang tertutup kabut.

Beberapa ratus meter jalur mulai menanjak kembali dengan vegetasi pohon tinggi.

Pada titik itu, ada sebuah makam atau petilasan yang sedikit membuat aliran darah naik ke jantung mendadak.

Sangat perlu bagi pendaki duet atau solo mengamanan perasaan dengan berpikir realistis, jika makam adalah makam dan tidak ada apa-apa.

Baca juga :  Soft Opening, Pecinta Kuliner Tradisional Gerudug Pasar Kumandang

Kawan saya mengucap salam, namun saya yang jawab.

Itu respon agar dia tidak terganggu dengan kemungkinan terburuk dari faktor diluar teknis.

Secara ini menjadi pendakian pertama kawan saya.

Selain bangunan dan tempat menyerupai makam, pendaki juga akan melintasi petilasan yang diyakini Proklamator sekaligus Presiden pertama Indonesia, Soekarno pernah berada di sana.

Pendaki harus jeli melihat tanda dan arah jalur pendakian.

Vegetasi pohon rimbun berganti dengan ilalang tinggi, sekali lagi sebelah kanan adalah jurang dan sebelah kiri ditumbuhi pohon curam.

Mungkin ini yang disebut jalur naga, karena menyisakan satu jalur sempit yang panjang untuk dilalui pendaki, di dua sisi, sama berbahayanya.

Jalur semakin menanjak, kiri kanan masih jurang.

Beruntung, pada titik rawan sudah dilengkapi dengan seutas tali yang membantu pendaki berpegangn melalui jalur pendakian.

Orang bisa menganggap remeh pendakian karena puncak tertinggi 1.780 mdpl, namun perjalanan mendaki ke puncak Natas Angin itu terasa penuh drama.

Cuaca masih buruk saat sampai di puncak.

Tidak ada matahari padahal sudah sekitar pukul 06.00 WIB, hanya ada belasan pendaki yang duduk berdiam, nyaris semuanya laki-laki menyisakan kami berdua dan seorang perempuan lagi.

Area puncak cukup sempit, hanya muat 3-4 tenda, itu alasan kenapa pendaki seharusnya meninggalkan tenda di pos 5.

Kami putuskan turun setengah tujuh pagi, dengan estimasi waktu kembali di tempat parkir sebelum pukul 12.00 WIB.

Jika ditotal untuk perjalanan dari titik awal ke puncak butuh 4,5 jam, sementara untuk kembali dari puncak ke tempat parkir total sekitar 4 jam.

Itu jalan santai dan beberapa kali berhenti, waktu itu relatif bisa lebih cepat bagi pendaki yang biasa melakukan pendakian.

Ke puncak Natas Angin itu menarik dilakukan, jadi coba saja. (rum/e2)

You may also like

Leave a Comment