Wonosobo – Ketua Kamar Dagang Indonesia (KADIN) Kabupaten Wonosobo, Dwi Sukatman, ungkapkan pemikirannya perihal situasi menjelang Pilkada saat bertemu di gedung Adipura Wonosobo, Rabu 10 Juli 2024.
Dalam kesempatan itu, Dwi mengungkapkan rasa kecewanya terkait isu pasangan calon tunggal yang kembali muncul menjelang Pilkada 2024 di Wonosobo.
Dwi menilai bahwa hadirnya pasangan calon tunggal dalam pilkada menunjukkan kegagalan elit partai politik dalam menyediakan kontestasi yang sehat dan demokratis.
“Kekecewaan saya sangat besar terhadap elit parpol jika isu pasangan calon tunggal ini terulang kembali. Hal ini mencerminkan kegagalan dalam membangun demokrasi yang sehat di Wonosobo,” ujar Dwi dengan nada prihatin.
Meskipun masih ada harapan munculnya pasangan calon lain, Dwi mengakui bahwa KADIN tidak dapat berbuat banyak dalam konteks politik praktis.
Organisasinya berkomitmen untuk tidak terlibat dalam politik praktis, sehingga hanya bisa berharap tanpa terlibat aktif dalam proses politik tersebut.
Lebih lanjut, Dwi menyatakan bahwa jika pasangan calon tunggal kembali terjadi, ini adalah kegagalan bukan hanya dari penyelenggara pemilu, tetapi juga pemerintah kabupaten dalam membangun demokrasi yang kuat.
“Ini adalah kegagalan kolektif yang perlu kita cermati dan evaluasi bersama,” tambahnya.
Dwi juga menyoroti tren mengkhawatirkan di kalangan elit dan masyarakat yang lebih mengutamakan perhitungan finansial dalam pilkada.
Menurutnya, sikap ini berdampak negatif terhadap kualitas demokrasi di Wonosobo.
“Wonosobo sebenarnya memiliki banyak potensi figur pemimpin yang berkualitas. Namun, dengan adanya framing bahwa pilkada memerlukan biaya finansial yang tinggi, kader-kader potensial tersebut otomatis tenggelam,” jelas Dwi.
Kader Partai Idealis Makin Langka
Selain itu, Dwi juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap semakin langkanya kader partai yang memiliki idealisme tinggi.
Menurutnya, hal ini semakin memperburuk kondisi politik di Wonosobo dan membuat masyarakat semakin apatis terhadap proses pilkada.
Pernyataan Dwi Sukatman menggambarkan sikap apatis terhadap tokoh politik dan masyarakat peserta pilkada.
Kekecewaan terhadap elit politik dan tren perhitungan finansial dalam pilkada menjadi sorotan utama dalam konferensi pers tersebut.
Dwi mengajak semua pihak untuk lebih memperhatikan pembangunan demokrasi yang sehat dan menjunjung tinggi idealisme dalam setiap proses politik.