Wonosobo, satumenitnews.com – Pemerintah Kabupaten Wonosobo melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) melakukan monitoring dan evaluasi (Monev) terhadap ketersediaan kebutuhan pokok masyarakat (Kepokmas) serta distribusi energi seperti BBM dan LPG, Rabu (10/12/2025). Langkah ini diambil sebagai antisipasi menghadapi lonjakan kebutuhan menjelang Natal 2025 dan Tahun Baru 2026.
Pemkab Wonosobo Perketat Pengawasan Jelang Nataru
Kepala Bagian Perekonomian Setda Wonosobo, Joko Widodo, menegaskan bahwa Monev menjadi upaya penting menjaga inflasi tetap terkendali. Pemerintah daerah ingin memastikan stok dan harga kebutuhan pokok tetap stabil di tengah meningkatnya permintaan masyarakat.
“Kegiatan ini merupakan tindak lanjut instruksi pemerintah pusat. Pemerintah daerah wajib memastikan inflasi terkendali, terutama menjelang Natal dan Tahun Baru. Karena itu, pemantauan lapangan penting agar data harga dan stok pangan valid,” ujar Joko.
Menurutnya, Monev Nataru memiliki tiga fokus utama: mengumpulkan data stok dan harga 11 komoditas strategis, memastikan kelancaran pasokan dan distribusi energi, serta mengidentifikasi potensi penimbunan dan lonjakan harga tidak wajar.
“Tim turun langsung ke Pasar Induk Wonosobo, Pasar Garung, dua SPBE, serta beberapa SPBU di wilayah kota dan kecamatan,” tambahnya.
TPID membentuk dua tim lapangan yang menyisir titik strategis: Pasar Induk Wonosobo, Pasar Garung, PT Aji Gamita Selokromo, PT Era Gas Sentosa Selomerto, SPBU Gontor, dan SPBU UD Metro Group Krasak.
Harga Nataru 2025 di Wonosobo: Sebagian Naik, Mayoritas Stabil
Pemantauan di dua pasar utama menunjukkan stok kebutuhan pokok aman hingga usai liburan Nataru. Meski begitu, beberapa komoditas mencatat kenaikan harga akibat cuaca basah dan berkurangnya pasokan dari petani.
Minyak goreng curah naik tipis 1 persen menjadi Rp18.500 per kilogram, sedangkan Minyakita naik 3 persen menjadi Rp18.000 per liter.
Harga beras premium meningkat 3 persen, beras SPHP naik 4 persen, dan telur ayam ras naik 4 persen.
Sementara daging ayam ras naik 12 persen, wortel melompat 25 persen, dan cabai rawit merah menjadi komoditas paling mahal dengan kenaikan mencapai 46 persen atau Rp83.750 per kilogram.
Di sisi lain, sejumlah bahan seperti gula pasir, terigu premium, beras medium, dan minyak kemasan premium tetap stabil tanpa perubahan harga signifikan.
Salah satu pedagang di Pasar Induk Wonosobo menyebut stok cabai rawit sulit didatangkan dalam jumlah besar karena pasokan dari wilayah sekitar menurun. “Permintaan tinggi, tapi pasokan terbatas. Jadi harga melonjak,” ungkapnya.
Energi Aman, BBM dan LPG Terjaga
Pemantauan juga dilakukan di beberapa SPBU dan SPBE. Di SPBU Ngasinan dan SPBU UD Metro Group Krasak, pasokan Pertalite, Pertamax, dan Solar dilaporkan aman tanpa antrean panjang. Harga BBM tetap sesuai kebijakan pemerintah.
Distribusi LPG di SPBE PT Aji Gamita dan PT Era Gas Sentosa juga berjalan lancar. Stok tabung melon 3 kilogram dan LPG nonsubsidi stabil, tanpa antrean atau kelangkaan. Namun, pengelola SPBU mengingatkan agar distribusi solar subsidi tetap diawasi menghadapi lonjakan konsumsi selama liburan.
Joko Widodo menuturkan, hasil Monev lapangan akan dibahas dalam rapat koordinasi lanjutan bersama Forkopimda dan TPID pada High-Level Meeting (HLM) Nataru. Evaluasi tersebut menjadi dasar kebijakan menjaga stabilitas pasokan dan harga di pasar.
“Alhamdulillah, sembako aman dan harga masih wajar. Kami berharap pedagang tidak menimbun atau menaikkan harga semaunya. Pemerintah akan terus memantau hingga pergantian tahun,” katanya.

