Wonosobo, satumenitnews.com — Momen peringatan Hari Bangunan Indonesia (HBI) tahun ini menjadi catatan baru bagi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Wonosobo. Untuk pertama kalinya, dinas tersebut menggelar perayaan HBI sekaligus melakukan sosialisasi langsung mengenai pentingnya perizinan PBG dan SLF kepada masyarakat dan pelaku jasa konstruksi.
Acara digelar pada Selasa (11/11/2025) siang di Red Lotus Resto & Cafe, Jalan Kasiran, Kecamatan Wonosobo. Suasana berlangsung santai namun reflektif, dihadiri oleh para pelaku usaha, tenaga profesional konstruksi, dan jurnalis lokal.
Reaksi Spontan Kepala Dinas
Kepala DPUPR Wonosobo, Nurudin Ardiyanto, mengaku sempat terkejut ketika awal pekan ini diingatkan oleh staf bahwa 11 November merupakan peringatan Hari Bangunan Indonesia. “Saya baru sadar saat diingatkan. Langsung saja kami putuskan untuk menggelarnya esok hari, sekalian dimasukkan ke agenda tahunan bidang bangunan. Kita makan siang santai sambil ngobrol-ngobrol,” ujarnya sambil tersenyum.
Nurudin menilai peringatan ini bukan semata seremoni, tetapi menjadi titik awal refleksi dan komunikasi terbuka antar pelaku konstruksi di Wonosobo. Ia mendorong agar kegiatan ini menjadi tradisi tahunan untuk menghimpun gagasan dan kritik dari lapangan.
“Masih banyak pesan dan masukan yang selama ini belum ditindaklanjuti dengan baik. Padahal ide kecil bisa jadi langkah besar bagi perbaikan sistem,” tuturnya.
Sosialisasi Perdana PBG dan SLF
Dalam peringatan perdana ini, DPUPR sekaligus memanfaatkan kesempatan untuk mensosialisasikan pentingnya izin PBG dan SLF. Nurudin menjelaskan, masih banyak masyarakat yang belum memahami peran izin dalam menjamin keamanan, kelayakan, dan legalitas bangunan.
“Saat ini kami sedang mendorong agar proses perizinan bisa lebih cepat agar bangunan segera memiliki legalitas. Apalagi sekarang BGN tidak memperbolehkan izin SPPG beroperasi sampai SLF terbit,” jelasnya.
Namun, ia mengakui tantangan di lapangan tetap besar. Pemahaman publik tentang fungsi izin bangunan masih rendah. Karena itu, DPUPR bersama Bidang Cipta Karya dan Bidang Tata Ruang akan memperbanyak pendampingan serta sosialisasi agar masyarakat semakin memahami pentingnya prosedur sesuai aturan.
Tenaga Ahli Lokal Terus Berkembang
Nurudin menambahkan bahwa sektor konstruksi di Wonosobo kini memiliki banyak tenaga ahli lokal. Sejak awal 2000-an, lulusan teknik sipil dan arsitektur dari berbagai perguruan tinggi mulai berkontribusi dalam dunia jasa konstruksi daerah.
“Dunia konstruksi hari ini bukan lagi sekadar tentang tukang dan material, tapi profesi luas: perencana, pengawas, konsultan hingga ahli struktur. Semuanya punya peran membangun peradaban,” katanya.
Ia juga menyoroti pentingnya perencanaan arsitektur yang berakar pada karakter lokal. Menurutnya, kota seperti Semarang dan kawasan BSD bisa menjadi contoh bagaimana tata ruang dan desain menjadi identitas wilayah.
Membangun Identitas Melalui Arsitektur
“Bangunan itu bukan hanya fisik, tapi simbol budaya dan sejarah. Di Wonosobo, kita perlu memperkuat karakter itu agar punya wajah sendiri,” ucap Nurudin.
Menurutnya, keberadaan dokumen MPPL (Masterplan Pengelolaan Lingkungan dan Penataan Lahan) serta RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan) seharusnya menjadi pedoman untuk memastikan setiap kawasan memiliki ciri khas.
Peringatan Hari Bangunan Indonesia tahun ini pun menjadi momen penting bagi DPUPR Wonosobo untuk menegaskan bahwa pembangunan harus menyatukan tiga hal: legalitas izin, keselamatan struktur, dan identitas budaya. Sebuah awal baru yang diharapkan menjadi pijakan bagi peradaban pembangunan Wonosobo ke depan.
Ayo, lihat videoku di Shopee Video!

