Wonosobo, satumenitnews.com – UPTD Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Wonosobo telah menerima alokasi anggaran sebesar Rp1.713.320.000 untuk melaksanakan serangkaian program pelatihan tenaga kerja sepanjang tahun 2024. Dana yang berasal dari APBN ini disalurkan melalui Kementerian Ketenagakerjaan RI bekerja sama dengan Balai Besar Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BBPVP) Semarang.
Berdasarkan Surat Keputusan Kementerian Keuangan Nomor DIPA: 026.13.2.452609/2024 yang diterbitkan pada 24 November 2023, anggaran tersebut digunakan untuk menyelenggarakan 23 paket pelatihan bagi masyarakat Wonosobo.
Distribusi Anggaran untuk 23 Paket Pelatihan
Anggaran sebesar Rp1,7 miliar tersebut digunakan untuk mendanai pelatihan berbasis kompetensi (PBK) yang terbagi dalam 23 paket pelatihan. Dari total tersebut, 22 paket pelatihan dilaksanakan di UPTD BLK Wonosobo, sedangkan satu paket lainnya merupakan pelatihan tailor-made training (TMT) yang dirancang khusus untuk penyandang disabilitas di SLB Dena Upakara Wonosobo.
Menurut Wahid Hasim, Kepala UPTD BLK Wonosobo, pelatihan tailor-made ini difokuskan pada pelatihan pembuatan roti dan kue, menyesuaikan kebutuhan SLB Dena Upakara.
“Kami menyesuaikan dengan kebutuhan SLB Dena Upakara yang lebih memprioritaskan pelatihan pembuatan roti dan kue. Dari total 23 paket, satu paket dirancang khusus sebagai tailor-made training untuk disabilitas,” ujar Wahid usai acara di Pendopo Bupati Wonosobo, Rabu (18/09/2024).
Program pelatihan lainnya meliputi pelatihan untuk bidang-bidang penting seperti commercial cookery, barista, operator garmen apparel, digital marketing, hingga pemrograman web. Total 13 jenis pelatihan tersebut dilaksanakan dalam tiga tahap (Angkatan 1, 2, dan 3), yang masing-masing terdiri dari tujuh hingga delapan paket pelatihan.
Rincian Output dan Tantangan dalam Pelaksanaan
Dengan anggaran yang diterima, program pelatihan ini berhasil melatih 368 peserta. Sebanyak 366 peserta dinyatakan lulus pelatihan, memberikan tingkat kelulusan yang sangat tinggi, yakni 99%.
Namun, dari 368 peserta tersebut, hanya 315 orang atau sekitar 86% yang dinyatakan kompeten melalui uji kompetensi.
Hal ini disebabkan oleh keterbatasan skema uji kompetensi pada program Commercial Cookery yang belum tersedia dari LSP BBPVP Semarang.
Wahid menambahkan, “Pelatihan ini dirancang untuk mengatasi gap kompetensi yang ada di masyarakat, khususnya di industri tenaga kerja. Namun, tantangan terbesar yang kami hadapi adalah keterbatasan sumber daya pelatihan, terutama jumlah instruktur yang hanya enam orang ASN di BLK Wonosobo.”
Selain keterbatasan sumber daya manusia, pelaksanaan pelatihan juga terkendala oleh kekurangan instrumen pendukung, yang memengaruhi kelancaran pelaksanaan pelatihan di beberapa bidang.
Meskipun begitu, Wahid tetap optimis bahwa program ini akan memberikan dampak positif bagi masyarakat Wonosobo.
Alokasi Anggaran dan Implikasi Bagi Masyarakat
Anggaran sebesar Rp1,7 miliar ini dialokasikan untuk berbagai kebutuhan logistik, mulai dari fasilitas pelatihan hingga honorarium instruktur. Dengan anggaran ini, BLK Wonosobo dapat meningkatkan kualitas tenaga kerja yang siap bersaing di pasar kerja, baik di dalam maupun luar negeri.
Pelatihan berbasis kompetensi yang diselenggarakan meliputi bidang-bidang strategis yang sesuai dengan kebutuhan industri, termasuk barista yang saat ini banyak diminati oleh pasar Timur Tengah.
Selain itu, pelatihan untuk sektor pariwisata seperti tour guide juga disesuaikan dengan kebutuhan lokal, mengingat Wonosobo adalah daerah wisata.
Tujuan Pelatihan dan Harapan Masa Depan
Tujuan utama dari program pelatihan ini adalah untuk meningkatkan keterampilan pencari kerja di Wonosobo sehingga dapat bersaing di pasar kerja.
“Pelatihan ini bertujuan mengurangi kesenjangan antara kompetensi tenaga kerja dengan kebutuhan industri. Peserta yang mengikuti pelatihan akan mendapatkan keterampilan praktis yang siap pakai,” ujar Wahid.
Salah satu target utama program ini adalah membantu masyarakat Wonosobo yang berusia minimal 17 tahun untuk meningkatkan peluang kerja, baik mereka yang memiliki ijazah SMA maupun yang tidak. Selain itu, program ini juga membantu peserta yang tertarik untuk berwirausaha setelah mengikuti pelatihan.
Sebagai bagian dari komitmen BLK Wonosobo untuk mendukung wirausaha, mereka bekerjasama dengan Forum Komunikasi Lembaga Pelatihan Industri (FKLPI) untuk memberikan pendampingan manajemen usaha kepada para peserta yang ingin membuka usaha sendiri.
“Harapannya, selain diterima di dunia kerja, peserta juga bisa menjadi wirausaha mandiri yang mampu menciptakan lapangan kerja baru,” tambah Wahid.
Tantangan ke Depan: Kebutuhan Instruktur dan Pengembangan Pelatihan
Walaupun program ini berhasil mencapai tingkat kelulusan yang tinggi, BLK Wonosobo masih dihadapkan pada tantangan sumber daya manusia.
“Saat ini kami hanya memiliki enam instruktur ASN, sementara kebutuhan pelatihan semakin meningkat. Kami berharap ke depan akan ada penambahan instruktur agar pelatihan dapat berjalan lebih optimal,” harap Wahid.
Selain itu, LSP BBPVP Semarang juga diharapkan dapat mempercepat pengembangan skema uji kompetensi untuk bidang-bidang pelatihan yang belum tersedia, seperti commercial cookery.
Dengan adanya pengembangan skema tersebut, diharapkan seluruh peserta pelatihan dapat mengikuti uji kompetensi dan dinyatakan kompeten sesuai dengan standar industri.