Tiga Kurator Buka Suara, Kurasi Musik Wonosobo Ini Baru Awal, atau Justru Ujian?

Listen to this article

Wonosobo, satumenitnews.com — Kurasi Musik Wonosobo Volume 1 yang digelar di Le Coffee pada Sabtu malam (28/12/2025) bukan hanya memamerkan penampilan band lokal. Acara perdana ini juga menjadi ruang evaluasi terbuka, ketika tiga kurator menyampaikan pandangan tentang kualitas musisi, kebutuhan ekosistem, hingga peluang menembus panggung lebih luas.

Kurasi musik tersebut berlangsung pukul 20.00–23.00 WIB dan dihadiri sekitar 60 penonton. Tiga band Wonosobo tampil membawakan lagu ciptaan sendiri, sementara kurator memotret bukan sekadar “bagus atau tidak”, tetapi juga arah pengembangan yang realistis.

Emtee Blackmore: Interaksi Musisi dan Penonton Terasa Hidup

Kurator Emtee Blackmore melihat edisi pertama ini berjalan menggembirakan, terutama karena antusiasme penonton dan kedekatan suasana. Menurutnya, komunikasi antara band yang tampil dan audiens terasa nyambung.

“Ternyata mereka membentuk komunitas yang saling mendukung, dan itu luar biasa,” kata Emtee.

Ia juga menyoroti kebiasaan baru musisi lokal yang mulai memanfaatkan kanal digital. Emtee menyebut karya para band sudah bisa ditemukan di media sosial, YouTube, Spotify, serta platform digital lainnya.

“Karena ada tiga band yang tampil, saya memperdalam dengan mendengarkan karya-karya mereka lewat YouTube dan Spotify,” ujarnya.

Firman Putranto: Sukses Sebagai Percobaan, Targetnya Menembus Nasional

Firman Putranto, salah satu dari tiga kurator, menilai pelaksanaan perdana ini sudah dapat disebut berhasil sebagai uji coba program. Ia mendorong agar kegiatan berikutnya berjalan lebih rapi dan tetap menjaga semangat awal.

“Walaupun ini masih awal, tapi pelaksanaannya sudah bisa dibilang sukses,” kata Firman.

Ia menaruh harapan lebih jauh dari sekadar panggung lokal. Firman ingin musisi Wonosobo berkembang secara proses, hingga mampu bersaing di level nasional bahkan internasional.

“Kualitasnya tadi sudah terlihat. Sekarang tinggal perjalanan mereka ke depan,” ujarnya.

Candra DS: Kurator Bukan Juri, Tugasnya Memberi Arah Tanpa Membuat Musisi Melenceng

Candra DS menyebut pengalaman menjadi kurator berbeda dengan menjadi juri. Jika juri menilai aspek teknis, kurator ikut memikirkan jalan keluar dan langkah lanjutan untuk musisi yang dikurasi.

“Kurator itu bukan hanya menilai, tapi juga memikirkan solusi. Kekurangannya apa, lalu langkah ke depannya apa,” tutur Candra.

Ia menilai masukan dari kurator perlu tepat sasaran, karena arahan yang keliru bisa berdampak panjang pada perjalanan band. Candra mengibaratkan kurasi musik seperti masukan pelanggan pada sebuah produk: tetap perlu, meski kadang tidak nyaman diterima.

Menurut Candra, idealisme musisi tetap penting, tetapi musisi juga perlu membaca realitas pasar jika ingin membawa karya ke ruang publik yang lebih luas.

“Kalau ingin menjual karya ke publik, harus realistis dengan pasar, tanpa kehilangan jati diri,” ujarnya.

Ada Wacana Satu Band Dibawa ke Jakarta

Selain menilai jalannya acara, Emtee Blackmore menyampaikan kemungkinan tindak lanjut setelah Kurasi Musik Wonosobo Volume 1. Ia menyebut rencana mengambil satu band dari Wonosobo untuk dibentuk menjadi sajian musik yang lebih siap tampil untuk audiens lebih luas.

“Kita akan mengambil satu band. Bukan yang paling sempurna, tapi yang minusnya paling sedikit,” kata Emtee.

Ia berharap program kurasi musik dapat berlanjut dan benar-benar menjadi wadah yang membuat musisi lokal terus produktif, punya ruang tampil, serta memiliki peluang hidup dari karya.

Related posts

Malam Tahun Baru Tanpa Konser di Wonosobo, Pemkab Pilih Gelar Shalawatan Bersama Gus Ali Gondrong

Kurasi Musik Wonosobo, Langkah Awal Musisi Lokal Menuju Nasional

Ops Lilin Candi 2025–2026, Polres Wonosobo Pastikan Keamanan Objek Wisata

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Read More