Bandung, satumenitnews.com – Relawan Penanggulangan Bencana (RPB) SAR Kaliwiro bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonosobo menemui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Bandung, Selasa (9/12/2025). Pertemuan yang berlangsung sejak pukul 09.00 WIB itu menjadi tindak lanjut hasil kaji cepat lapangan sekaligus upaya meminta analisis baru sebagai dasar penanganan wilayah rawan tanah bergerak di Kecamatan Kaliwiro.
RPB Kaliwiro Bawa Data ke Bandung
Rombongan dari Wonosobo mengikuti rapat koordinasi di ruang pertemuan PVMBG, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, dengan membawa dokumen kaji cepat, peta lokasi, serta dokumentasi kerusakan di sekitar titik tanah bergerak. Dalam pemaparan tersebut, mereka menyampaikan bahwa pergeseran tanah telah merusak jalur utama Kaliwiro–Lamuk, rumah warga, hingga fasilitas umum. Pergeseran itu masih terus terjadi, terutama setiap kali hujan deras mengguyur kawasan.
Habib, relawan RPB Kaliwiro yang turut hadir dalam pertemuan, mengungkapkan bahwa retakan pada badan jalan dan rumah warga kian melebar, bahkan muncul di titik-titik baru. Ia menilai, tanpa penjelasan teknis dari lembaga geologi, relawan kesulitan menjawab kekhawatiran masyarakat soal batas zona aman maupun langkah mitigasi yang harus dilakukan.
Selama beberapa pekan terakhir, tim RPB bersama BPBD melakukan pemantauan rutin—mendata rumah yang rusak, mengukur retakan tanah, dan mendokumentasikan kondisi lapangan. Data tersebut kemudian disusun sebagai bahan diskusi resmi dengan PVMBG agar potensi ancaman di Kaliwiro bisa dipetakan secara ilmiah, bukan hanya berdasarkan laporan visual lapangan.
Kaliwiro Masuk Zona Bahaya Tanah Bergerak
Dalam rapat itu, perwakilan PVMBG menyebut bahwa Kaliwiro termasuk zona potensi tanah bergerak sedang hingga tinggi. Area ini sudah lama tercantum dalam peta kerentanan geologi nasional karena struktur tanahnya yang labil dan curah hujan tinggi. Kombinasi faktor tersebut membuat pergerakan tanah mudah aktif kembali, bahkan di lokasi yang sebelumnya terlihat stabil.
PVMBG menegaskan, aktivitas tanah bergerak di Kaliwiro tidak bisa dianggap sepele. Pergeseran yang kian melebar ke wilayah permukiman padat dan jalur penghubung utama menimbulkan risiko besar bagi keselamatan warga. Tanpa langkah antisipatif, ancaman kerusakan bangunan dan terputusnya akses jalan akan meningkat saat musim hujan berlangsung.
Sebagai tindak lanjut, PVMBG berencana mengirim tim ke lokasi terdampak dalam waktu dekat. Tim akan melakukan pengukuran ulang, pengecekan lapangan, dan analisis kondisi geologi terkini untuk menyusun rekomendasi teknis. Kajian tersebut nantinya menjadi dasar BNPB dan pemerintah daerah dalam menentukan penanganan, penataan ruang, serta kebijakan relokasi jika dibutuhkan.
Harapan Relawan dan Langkah Penanganan
Habib menyampaikan harapan agar hasil kajian PVMBG memberi kejelasan apakah kawasan tertentu masih aman dihuni dengan penguatan struktur bangunan, atau harus segera disiapkan relokasi bertahap. Ia juga menyoroti pentingnya panduan praktis bagi warga terkait pengelolaan air, pola bangunan, dan drainase agar tanah tidak semakin labil akibat aktivitas manusia.
BPBD Wonosobo pun menunggu rekomendasi resmi dari PVMBG sebagai dasar penetapan status kebencanaan dan pengajuan dukungan anggaran penanganan jangka menengah. Opsi yang tengah dibahas mencakup perbaikan akses jalan, penyediaan hunian sementara di lokasi aman, dan penguatan sistem peringatan dini di desa-desa yang berada dalam zona tanah bergerak.
Sembari menunggu kedatangan tim PVMBG, relawan dan BPBD mengimbau masyarakat agar selalu waspada terhadap tanda-tanda pergerakan tanah seperti retakan baru, lantai yang menurun, tiang rumah miring, atau pintu yang tiba-tiba sulit ditutup. Jika kondisi tersebut muncul disertai hujan berkepanjangan, warga diminta menjauh dari bangunan dan segera melapor ke posko relawan atau mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Selain pemantauan langsung, RPB SAR Kaliwiro juga aktif menggunakan grup pesan singkat dan media sosial untuk menyebarkan informasi perkembangan terkini, titik rawan, hingga panduan keselamatan dasar. Melalui sinergi komunikasi tersebut, relawan berharap kesadaran publik meningkat dan warga benar-benar memahami ancaman nyata tanah bergerak yang kini kembali aktif di wilayah mereka.

