Home » Petani Wonosobo Jual Beras Langsung ke Bulog, Harga Lebih Tinggi dari Pasar

Petani Wonosobo Jual Beras Langsung ke Bulog, Harga Lebih Tinggi dari Pasar

by Ahvas
Listen to this article

Wonosobo, Satumenitnews.com – Sejak pertengahan Maret 2025, petani di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, menikmati kemitraan baru dengan Perum Bulog. Kemitraan ini memungkinkan petani menjual gabah langsung ke Bulog dengan harga lebih tinggi dibandingkan pasar atau tengkulak, yakni Rp6.500 per kilogram.

Program ini tidak hanya menawarkan keuntungan finansial, tetapi juga menargetkan penyerapan 5.300 ton gabah dalam tiga bulan untuk mendukung kesejahteraan petani lokal.

Rofik Irfanto, petani dari Desa Mungkung, Kecamatan Kalikajar, menjadi salah satu mitra resmi Bulog sejak program ini berjalan. Ia kini mengumpulkan gabah dari petani lain di desanya, mengeringkannya, lalu menggilingnya menjadi beras sebelum menjualnya ke Bulog.

“Kami mengumpulkan gabah dari teman-teman petani desa. Setelah dikeringkan dan menjadi beras, kami jual ke Bulog,” ujar Rofik kepada Satumenitnews.com, Selasa (22/4/2025).

Baca juga :  Kapolres Wonosobo Kunjungi Sejumlah TPS Guna Monitoring Pilkades Serentak

Gabah yang dijual berasal dari varietas Inpari, beras lokal berkualitas tinggi yang banyak dibudidayakan di Wonosobo. Dengan menjual langsung ke Bulog, petani seperti Rofik mendapatkan harga yang lebih stabil dan menguntungkan dibandingkan pasar umum, yang sering kali menekan harga.

Sistem Pembelian yang Efisien

Bulog menerapkan sistem pembelian yang rapi dan cepat. Gabah petani tidak langsung disimpan di gudang Bulog Wonosobo, karena gudang hanya menyimpan beras. Petani mengirim gabah ke rice mill untuk digiling, lalu beras hasil gilingan masuk ke gudang Bulog.

Kepala Dinas Perdagangan, Perindustrian, dan Koperasi (Dispaperkan) Wonosobo, Dwiyama SB, menjelaskan bahwa Bulog tidak membedakan varietas gabah. “Selama gabah kering panen dan harga pasar tidak melebihi Rp6.500 per kilogram, Bulog wajib membelinya,” kata Dwiyama.

Baca juga :  Ratusan Petani Wonosobo Dukung Ahmad Luthfi dan Taj Yasin Maimoen di Pilgub Jateng 2024

Ia menambahkan, gabah yang disimpan di tempat lembap berisiko rusak. “Setelah petani mendapat pembayaran, gabah langsung digiling untuk mencegah kerusakan,” ungkapnya.

Proses pembayaran juga berlangsung cepat. Setelah pengiriman dan penggilingan selesai, Bulog mentransfer dana langsung ke rekening petani. Sistem ini memastikan transaksi aman dan efisien, mengurangi ketergantungan pada tengkulak.

 Mitra di Empat Lokasi Wonosobo

Saat ini, yang sudah bermitra dengan bulog ada empat wilayah di Wonosobo, yaitu Desa Mungkung, Kalianget, Binangun Selomarto, dan satu lokasi lain yang belum terkonfirmasi (Dwiyama lupa nama lokasinya). Dwiyama memastikan semua petani di wilayah ini dapat bergabung dalam skema pembelian langsung Bulog.

“Skema ini bertujuan menstabilkan harga gabah dan meningkatkan kesejahteraan petani lokal,” tegas Dwiyama.

Baca juga :  Jatah Pupuk yang Tidak Sesuai Kebutuhan, Petani Edamame Wonosobo Resah

Program ini menjadi angin segar bagi petani Wonosobo, yang selama ini sering menghadapi fluktuasi harga di pasar. Dengan harga beli Rp6.500 per kilogram dan target serap 5.300 ton, Bulog berupaya menciptakan ekosistem pertanian yang lebih adil dan berkelanjutan.

Dampak bagi Petani Lokal

Kemitraan ini memberikan dampak nyata bagi petani. Selain harga yang lebih baik, petani juga mendapat kepastian pembayaran dan pasar yang jelas. Rofik, misalnya, kini lebih percaya diri mengelola hasil panen bersama petani lain di desanya.

“Kami merasa lebih dihargai karena hasil panen langsung dibeli Bulog dengan harga layak,” tuturnya.

You may also like

Leave a Comment