Wonosobo, satumenitnews.com – Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan Kabupaten Wonosobo resmi menutup rangkaian kegiatan Kebun Belajar Tani tahun 2025 pada Rabu, 19 November 2025. Penutupan dilakukan dengan melibatkan 70 siswa SMK Pelita Alqurán, Krasak, Kecamatan Mojotengah, sebagai peserta sesi terakhir.
Para siswa mengikuti pembelajaran dalam dua tahapan, yakni sesi in class dan out class. Skema ini dirancang agar peserta tidak hanya memahami konsep dasar pertanian, tetapi juga langsung mempraktikkan teknik budidaya di lapangan.
Menurut Kepala Bidang Bina Program dan Penyuluhan, Umar Shoid, S.Sos., Kebun Belajar Tani menjadi salah satu sarana strategis untuk mengenalkan pertanian secara lebih dekat kepada generasi muda. Program ini menyasar pelajar lintas jenjang sekaligus kelompok tani dan mahasiswa sepanjang tahun berjalan.
Bekal Dasar Sebelum Turun ke Lahan
Instruktur Kebun Belajar Tani, Chozinul Asror, SP., menjelaskan bahwa sesi in class disusun sebagai pintu masuk sebelum siswa turun ke kebun. Materi di dalam kelas berisi pengenalan dasar pertanian dan gambaran praktik yang akan dilakukan.
“Karena jumlah peserta cukup banyak dan jadwal hanya satu kali pertemuan, maka kami memberikan pemahaman dasar tentang pertanian dan materi praktik. Dengan begitu siswa lebih mudah mengikuti sesi lapangan sehingga pembelajaran jauh lebih efektif,” terang Asror.
Melalui penjelasan di ruang kelas, siswa diajak memahami mengapa teknik pengolahan tanah, penyemaian bibit, hingga tata cara penanaman harus mengikuti kaidah tertentu. Pendekatan ini ditujukan agar praktik di lapangan tidak sekadar “ikut-ikutan”, tetapi disertai pemahaman yang bisa mereka ulangi di lingkungan rumah atau sekolah.
Pesan Kritis: Petani Tidak Bisa Digantikan AI
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Bidang Bina Program dan Penyuluhan, Umar Shoid, memberikan motivasi langsung kepada para siswa. Ia menempatkan Kebun Belajar Tani bukan hanya sebagai kelas praktik, melainkan ruang renung tentang masa depan pangan di tengah derasnya perubahan teknologi.
“Di tengah kemajuan teknologi dan perkembangan Artificial Intelligence yang sangat cepat, profesi petani tetap menjadi pekerjaan yang tidak bisa digantikan oleh AI. Pertanian menyediakan pangan dan menghasilkan oksigen, dua hal yang menjadi kebutuhan dasar manusia,” jelasnya.
Umar menegaskan, pelajar perlu melihat sektor pertanian sebagai bidang masa depan, bukan sekadar pekerjaan tradisional di desa. Menurutnya, teknologi dan AI justru bisa menjadi alat bantu, tetapi keputusan di lahan, interaksi dengan tanah, dan pemahaman ekosistem tetap bergantung pada manusia.
Ia juga mendorong siswa untuk tidak segan menjadikan pertanian sebagai pilihan karier. Dengan bekal pendidikan formal, generasi muda dinilai memiliki peluang besar mengembangkan pola tanam yang lebih efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.
Antusiasme Siswa Meledak di Sesi Out Class
Suasana belajar berubah lebih dinamis saat sesi out class dimulai. Begitu berpindah ke area kebun, 70 siswa SMK Pelita Alqurán tampak langsung menyebar dan berebut mencoba setiap bagian praktik yang disiapkan instruktur.
Mereka diajak mengolah bahan untuk pembuatan media pembibitan, mulai dari mencampur tanah, pupuk, hingga menyiapkan wadah tanam. Antusiasme meningkat ketika para siswa diberi kesempatan mencoba alat cultivator untuk mengolah tanah. Banyak di antara mereka baru pertama kali memegang alat tersebut.
Ketika sesi penanaman berlangsung, semangat siswa tidak surut meski pakaian mulai kotor terkena tanah dan air. Mereka tetap tertib mengikuti arahan instruktur, tetapi suasana tetap cair dengan candaan di antara peserta.
Salah satu siswa, Nazila Rahma, mengungkapkan kegembiraannya setelah merasakan langsung belajar di kebun.
“Sangat menyenangkan ternyata belajar di kebun,” ujarnya sambil memainkan selang penyiraman.
Di sela-sela menyiram area tanam, beberapa siswa sesekali menyemprotkan air ke teman lain sambil tertawa. Seorang siswa lain menimpali dengan nada setengah bercanda, setengah serius,
“Sayangnya kita hanya ikut menanam, tidak ikut panen.”
Janji Panen: Siswa Dipersilakan Kembali
Menanggapi komentar tersebut, instruktur Kebun Belajar Tani, Vera Laksanawati, tidak sekadar menjawab singkat. Ia justru membuka peluang bagi siswa untuk kembali ke kebun saat masa panen tiba.
“Kalian boleh datang lagi sekitar satu bulan lagi. Tanaman pakcoy ini sudah bisa dipanen,” jelas Vera di hadapan para siswa.
Pernyataan itu disambut senyum dan celetukan ringan. Bagi banyak pelajar, kesempatan menanam hingga melihat hasil panen menjadi pengalaman yang jarang mereka dapatkan dalam rutinitas sekolah.
Pendekatan semacam ini diharapkan membuat siswa tidak berhenti pada kesan “sekali datang lalu selesai”, tetapi terhubung lebih lama dengan proses budidaya tanaman yang mereka tanam sendiri.
Lebih Tertib dari di Kelas
Guru pendamping SMK Pelita Alqurán, Sumardiyati, mengaku gembira melihat cara siswa mengikuti seluruh rangkaian di Kebun Belajar Tani. Menurutnya, banyak siswa selama ini hanya mengenal praktik pertanian lewat tayangan media sosial.
“Selama ini anak-anak hanya melihat dari media sosial. Ternyata lebih seru saat mengikuti langsung. Mereka bisa menikmati kegiatan dengan tertib, bahkan lebih tertib dibanding pembelajaran di sekolah,” ungkapnya.
Ia menilai, pengalaman belajar di kebun menjadi bentuk variasi pembelajaran yang efektif. Siswa yang biasanya pasif di kelas justru tampak aktif saat memegang alat, mencampur media tanam, atau menancapkan bibit ke bedengan.
Sumardiyati berharap, tahun depan siswa SMK Pelita Alqurán dapat terlibat lebih intensif dalam kegiatan Kebun Belajar Tani. Ia mengusulkan agar sekolah tidak hanya mendapat jatah satu kali pertemuan, tetapi bisa mengikuti beberapa sesi agar materi yang diterima lebih mendalam dan berkelanjutan.
Rekap 2025: 15 Kali Pertemuan, Peserta Lintas Jenjang
Umar Shoid menjelaskan, sepanjang tahun 2025 Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan Kabupaten Wonosobo telah menggelar 15 kali kegiatan pembelajaran di Kebun Belajar Tani. Kegiatan ini melibatkan peserta dari berbagai jenjang pendidikan, mulai SMP, SMA, hingga SMK.
Selain pelajar, beberapa sesi juga dirancang untuk kelompok tani dan mahasiswa. Pola lintas jenjang ini dimaksudkan agar Kebun Belajar Tani tidak hanya menjadi ruang edukasi dasar bagi pelajar, tetapi juga menjadi laboratorium terbuka bagi pelaku pertanian yang ingin memperbarui pengetahuan.
Melalui kombinasi teori dan praktik, program ini diharapkan mampu membangun cara pandang baru terhadap sektor pertanian. Dinas ingin menunjukkan bahwa kebun belajar bisa menjadi ruang pertemuan antara ilmu, teknologi, dan kearifan lokal yang selama ini hidup di kalangan petani.
Rencana 2026: Kebun Belajar Tani Tetap Berlanjut
Menutup rangkaian kegiatan tahun ini, Umar menegaskan bahwa program Kebun Belajar Tani tidak berhenti di 2025. Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan Kabupaten Wonosobo merencanakan keberlanjutan program pada tahun 2026.
Program ke depan diarahkan untuk memperluas jangkauan edukasi pertanian kepada masyarakat, bukan hanya pelajar. Harapannya, semakin banyak warga yang memahami cara budidaya yang baik, ketahanan pangan keluarga meningkat, dan minat generasi muda terhadap profesi petani tumbuh lebih kuat di tengah gempuran teknologi dan AI.