Home » Hama Krepes Serang Jamur Kuping di Wonosobo, Petani Merugi hingga 40 Persen

Hama Krepes Serang Jamur Kuping di Wonosobo, Petani Merugi hingga 40 Persen

by Ahvas
Listen to this article

Wonosobo, satumenitnews.com —Ratna Suranti, petani jamur kuping asal Desa Bojasari, Kecamatan Kretek, Kabupaten Wonosobo, menghadapi tantangan serius. Ribuan baglog jamur miliknya tak berkembang optimal. Penyebabnya: serangan hama krepes yang bersumber dari tungau.

“Biasanya hama itu muncul saat milesium sudah tumbuh di dalam baglog. Kalau sudah begitu, jamur bisa membusuk,” ujar Ratna saat ditemui di kumbung miliknya, Selasa (6/5/25).

Apa Itu Hama Krepes dan Bagaimana Gejalanya?

Hama krepes dikenal sebagai gangguan utama pada budidaya jamur kuping. Serangan ini muncul saat jamur mulai berproduksi. Gejalanya terlihat dari munculnya koloni bening di permukaan baglog. Koloni tersebut perlahan berubah menjadi tungau, yang kemudian menyerang jamur.

Baca juga :  Antisipasi Premanisme, Polres Wonosobo Gelar Penyuluhan Keamanan di Kawasan Industri

“Awalnya muncul bening-bening kecil, lama-lama jadi tungau. Kalau dibiarkan, jamur jadi hitam dan busuk,” kata Ratna.

Dalam satu siklus tanam, tungau bisa menyerang hingga 30 hingga 40 persen dari total baglog yang ada di kumbung. Angka ini tentu membuat potensi panen berkurang drastis dan merugikan petani.

Upaya yang Sudah Dilakukan Petani

Meski berbagai cara sudah ditempuh, Ratna belum menemukan solusi jitu. Ia telah mencoba menggunakan insektisida, pestisida, hingga obat-obatan organik. Namun hasilnya nihil.

“Saya sudah coba insektisida, pestisida, bahkan obat organik. Tapi tetap saja jamur terserang,” ungkapnya.

Hingga kini, para petani jamur kuping di wilayah Bojasari masih berbagi hasil panen dengan hama krepes. Beberapa bahkan terpaksa membuang baglog yang sudah terlalu parah diserang.

Baca juga :  Meriahkan HUT TNI ke-77, Persit Wonosobo Adakan Lomba Fashion Show

Mengapa Penanggulangan Masih Sulit?

Tidak adanya panduan teknis atau pendampingan dari pihak terkait menjadi salah satu kendala. Petani seperti Ratna mengandalkan pengalaman dan informasi dari sesama petani.

Kondisi ini diperparah dengan suhu dan kelembapan kumbung yang tak menentu. Faktor lingkungan diduga mempercepat perkembangan tungau di dalam baglog.

 

You may also like

Leave a Comment