Wonosobo, satumenitnews.com – Sejak tahun 2023, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Permata yang berada di Desa Mungkung, Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo telah mengoperasikan fasilitas penggilingan padi modern. Unit usaha ini dibentuk sebagai Badan Usaha Milik Petani (BUMP) dan menjadi bukti nyata modernisasi pertanian di tingkat desa.
Penggilingan ini dibangun dengan dukungan dana dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Sejak mulai beroperasi, keberadaannya disambut baik oleh para petani karena menawarkan efisiensi tinggi dan kualitas hasil yang lebih terjamin.
Rochandi, Ketua Gapoktan Permata, menjelaskan bahwa sistem penggilingan yang digunakan sudah tidak memerlukan proses manual seperti mengangkat junjung gabah.
“Proses penggilingan padi di sini sudah tidak perlu lagi angkat junjung gabah untuk menggilingnya karena alat kami sudah dilengkapi dengan sistem katrol otomatis untuk menaikkan gabah,” kata Rochandi saat ditemui di lokasi.
Fitur Teknologi Canggih di Penggilingan Gapoktan Permata
Penggilingan padi ini dilengkapi dua mesin utama yang disusun vertikal. Sistem ini memungkinkan sekali proses kerja menghasilkan beras dalam tiga grade berbeda, yaitu beras utuh, beras patah, dan beras menir.
Tak hanya itu, proses pemisahan merang (kulit gabah kering hasil penggilingan) juga telah ter-otomatisasi. Dengan dukungan blower, sisa penggilingan langsung terpisah ke ruang berbeda. Hal ini membantu menjaga kebersihan beras dan meminimalkan risiko kontaminasi oleh partikel kasar dari kulit padi.
Jam Operasional dan Kapasitas Giling
Setiap hari, penggilingan beroperasi dari pukul 08.00 WIB hingga 16.00 WIB. Dalam rentang waktu tersebut, mesin mampu mengolah hingga 8 ton gabah dan menghasilkan sekitar 4 ton beras.
“Satu hari kerja bisa memproses gabah sebanyak 8 ton menjadi padi 4 ton,” ujar Rochandi.
Dengan kapasitas sebesar itu, penggilingan ini menjadi tulang punggung penting bagi petani setempat yang ingin memproses hasil panen secara efisien dan cepat.
Dua Skema Tarif yang Fleksibel untuk Petani
Untuk mendukung keberlanjutan operasional dan biaya perawatan mesin, Gapoktan Permata menerapkan dua jenis tarif layanan penggilingan.
“Ketika petani menggiling dan bekatul dibawa pulang, tarifnya Rp1.000 per kilogram. Kalau bekatul tidak dibawa pulang, tarifnya hanya Rp500 per kilogram,” jelas Rochandi.
Tarif ini dinilai terjangkau oleh sebagian besar petani dan memberikan keleluasaan dalam memilih sesuai kebutuhan masing-masing.
Transformasi Pertanian dari Desa
Kehadiran penggilingan padi modern ini menandai langkah nyata transformasi pertanian di Wonosobo. Dikelola langsung oleh anggota kelompok tani, fasilitas ini bukan hanya menjadi sumber efisiensi tapi juga menjadi bukti bahwa modernisasi bisa dimulai dari desa.