Wonosobo, satumenitnews.com — Di sela penandatanganan kerja sama Program Magang Jepang antara LPK Bina Mandiri Wonosobo dan Ace Japan, muncul satu aktor yang ikut mendorong jalur akses kerja luar negeri dari tingkat desa: Desa Migran Emas Wonosobo. Penandatanganan MoU itu berlangsung Sabtu (20/12/2025) di LPK Bina Mandiri Wonosobo, dengan Ace Japan yang berkedudukan di Denpasar Barat sebagai pihak pertama dan LPK Bina Mandiri sebagai pihak kedua.
Kegiatan tersebut juga disaksikan perwakilan KP2MI (Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia), Ir. Revina Purnama Panjaitan, M.M., yang dicatat dalam berita acara sebagai bentuk pengawasan, pembinaan, serta sinergi pemerintah dalam pelaksanaan Program Magang Jepang.
Di momen yang sama, Kepala Desa Jlamprang, Kecamatan Leksono, Kabupaten Wonosobo, Dr. Sulaiman, S.H., M.H., yang akrab disapa Leman, menyebut Desa Migran Emas mendapat amanah dari Kementerian P2MI untuk memperluas akses peluang kerja luar negeri.
Desa Migran Emas
Leman menyatakan pihaknya akan meneruskan komitmen Presiden Prabowo Subianto melalui Kementerian P2MI terkait agenda penciptaan migran hingga 500 ribu orang. Ia menyebut target itu perlu dukungan kolaborasi lintas pihak di daerah, agar peluang magang dan kerja luar negeri bisa diakses lulusan SMA/SMK yang berisiko menganggur.
“Brand kita pakai Desa Migran Emas,” kata Leman. Ia menekankan Desa Migran Emas berkolaborasi menggandeng LPK Bina Mandiri, JAPAN S, serta Bursa Kerja Khusus (BKK) agar bisa bergerak searah dengan target pusat.
Dalam keterangannya, Leman menghubungkan program ini dengan fakta lulusan sekolah yang tidak langsung terserap pasar kerja. Ia mencontohkan lulusan SMK yang disebut mencapai 2.500 orang per tahun, namun yang terserap pekerjaan hanya sebagian kecil, sekitar 10 persen atau bahkan 5 persen.
Menurut Leman, kondisi itu memerlukan strategi praktis: jika desa belum punya BLK, maka perlu “match” dengan pemerintah kabupaten yang memiliki BLK agar pelatihan bisa terkonsolidasi. Ia menyatakan komunikasi masih berjalan agar birokrasi kabupaten dan ekosistem Desa Migran Emas bisa bertemu dalam satu pola kolaborasi.
MoU Magang Jepang
Dalam berita acara, MoU ini diteken sebagai kerja sama resmi penyelenggaraan Program Magang Jepang, dengan tujuan meningkatkan kompetensi dan etos kerja peserta, memberi perlindungan serta kepastian hukum, dan mendukung program pemerintah agar penempatan tenaga kerja/magang ke luar negeri berjalan prosedural.
Ruang lingkup kerja sama yang tertulis meliputi sosialisasi program, rekrutmen dan seleksi, pendidikan serta pelatihan pra-keberangkatan, penempatan di perusahaan mitra di Jepang, pembinaan-pemantauan-evaluasi selama program, serta penyelesaian permasalahan selama pelaksanaan. Dengan struktur itu, MoU ini tidak berhenti pada seremoni, karena sudah memetakan tahapan dari hulu (sosialisasi) hingga hilir (penanganan masalah).
Titik Temu: Desa, LPK, dan Pengawasan Pemerintah
Posisi Desa Migran Emas dalam kegiatan ini berada pada sisi penguatan akses dan pengorganisasian calon peserta di tingkat komunitas, sementara LPK mengelola pelatihan dan kesiapan teknis. Di saat yang sama, kehadiran KP2MI sebagai saksi dalam berita acara memberi sinyal bahwa pemerintah ingin program magang berjalan dalam koridor pengawasan dan pembinaan.
Leman menutup pernyataannya dengan menegaskan kembali arah kolaborasi tersebut untuk menyatukan cita-cita pemerintah dan kebutuhan riil daerah: mencegah lulusan sekolah menjadi pengangguran tahunan, sekaligus membuka jalur magang dan kerja luar negeri yang lebih tertata.