Ketika Tanah Bicara: Wonosobo Menanam Harapan di Tengah Krisis Petani

Listen to this article

Wonosobo, satumenitnews.com – Di tengah menurunnya minat generasi muda terhadap dunia pertanian, Pemerintah Kabupaten Wonosobo mencoba menanam kembali benih harapan. Melalui Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan (Disperpakan), upaya itu diwujudkan lewat program Kebun Belajar Tani yang digelar secara rutin sepanjang 2025.

Kepala Disperpakan Kabupaten Wonosobo, Dwiyama Satyani, menjelaskan bahwa tahun ini pihaknya menargetkan sedikitnya 15 kali kegiatan pembelajaran di Kebun Belajar Tani. Program tersebut menyasar siswa-siswi tingkat SMP dan SMA agar memahami proses pertanian dari hulu ke hilir.

“Kami ingin mereka tahu sejak awal bagaimana pangan dihasilkan. Mereka diajak ikut mengolah tanah, membuat pupuk cair, membibit tanaman, hingga proses panen. Dengan itu, lahir kesadaran bahwa setiap butir nasi ada kerja keras petani di baliknya,” ujar Dwiyama saat ditemui usai kegiatan Kebun Belajar Tani, Senin (27/10/2025).

Menurutnya, Kebun Belajar Tani bukan hanya sarana edukatif, melainkan juga investasi jangka panjang bagi keberlanjutan sektor pertanian di Wonosobo. Ia menilai regenerasi petani menjadi kebutuhan mendesak agar ketahanan pangan daerah tetap terjaga.

Suasana kegiatan di kebun berlangsung cair namun penuh antusiasme. Para siswa terlihat berebut mencoba menanam bibit dan mencampur pupuk organik. “Mereka bukan sekadar bermain, tetapi belajar bagaimana tanah yang subur bisa menjadi sumber kehidupan,” kata Dwiyama menambahkan.

Regenerasi Petani di Persimpangan Jalan

Kepala Bidang Bina Program dan Penyuluhan, Umar Soid, menegaskan bahwa kegiatan ini adalah langkah konkret menyiapkan penerus sektor pertanian sejak dini. Ia menyebut, kondisi petani di Wonosobo kini didominasi oleh mereka yang berumur di atas 50 tahun.

“Lahan subur yang kita punya perlu orang yang mengolah. Benih unggul perlu tangan yang menanam dan merawat. Kalau tidak disiapkan dari sekarang, pertanian akan kehilangan pewaris,” ungkap Umar.

Ia berharap program seperti ini mampu menumbuhkan minat baru di kalangan pelajar untuk menjadikan pertanian sebagai pilihan hidup, bukan sekadar pekerjaan tradisional. Menurutnya, target besar Wonosobo menjadi pusat agrobisnis Jawa Tengah tahun 2045 hanya bisa dicapai bila generasi mudanya mau turun langsung ke tanah.

“Visi besar ini memerlukan generasi baru yang berpengetahuan, mencintai, dan mau terus mengembangkan pertanian,” ujar Umar menegaskan.

Suara dari Kebun Belajar

Rahma Anisa, siswi SMA asal Kecamatan Selomerto, menjadi salah satu dari puluhan peserta Kebun Belajar Tani yang merasakan pengalaman baru. Ia mengaku baru kali ini memegang cangkul dan melihat langsung proses pengolahan tanah.

“Biasanya cuma lihat petani kerja dari jauh. Sekarang saya bisa coba sendiri, ternyata seru juga. Kalau pakai alat bantu, gak terlalu capek,” katanya sambil tersenyum.

Rahma, yang keluarganya juga petani, mengaku kegiatan semacam ini membuka pandangannya. Ia kini lebih menghargai proses panjang dari menanam hingga panen. “Senang banget bisa belajar langsung. Jadi tahu cara menanam yang benar. Ini pengalaman berharga,” tuturnya.

Antusiasme seperti Rahma menjadi alasan program ini terus dilanjutkan. Dari setiap kegiatan Kebun Belajar Tani, tersimpan harapan agar bibit cinta terhadap tanah kembali tumbuh di hati generasi muda Wonosobo. Seperti benih yang butuh disiram untuk tumbuh, kecintaan pada pertanian juga perlu dirawat sejak dini.

Related posts

SIPA dan Sumur Bor: Prosedur Lengkap yang Belum Banyak Diketahui

SIPA dan Sumur Bor: Antara Legalitas dan Ancaman Sanksi

Guru Madrasah Wonosobo Berangkat ke Istana Negara, Kesejahteraan Masih Jadi Mimpi?

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Read More