Jawa Tengah

Warga Sojopuro Bawa Tikus Kantor di Karnaval, Sindir Pejabat Korup

By Manjie

August 19, 2025

Wonosobo, satumenitnews.com – Karnaval kemerdekaan di Desa Sojopuro, Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo, pada Selasa (19/8/2024) menyuguhkan pemandangan berbeda dari biasanya. Warga RT 5 RW 2 Dusun Sojopuro menampilkan arak-arakan bertema keresahan masyarakat terhadap praktik korupsi yang masih marak terjadi di negeri ini.

Tikus Kantor Jadi Ikon Pejabat Korup

Dalam penampilan mereka, warga membawa ikon berbentuk tikus kantor. Simbol tersebut dimaknai sebagai representasi pejabat yang kerap menyalahgunakan jabatan untuk memperkaya diri. Selain itu, spanduk dengan tulisan tegas juga dibentangkan, di antaranya bertuliskan “tuyul-tuyul kantor yang suka mencuri duit rakyat” dan “pejabat merayakan kemerdekaan dengan anggaran negara sedangkan rakyatnya merayakan dengan iuran bersama.”

Pesan itu langsung menyedot perhatian penonton karnaval. Aksi warga dinilai berani karena menghadirkan kritik sosial di ruang yang biasanya identik dengan hiburan dan perayaan semata.

Warga Desa Suarakan Keresahan

Sabar, salah seorang warga RT 5 RW 2 Sojopuro, menyampaikan alasannya ikut serta dalam aksi tersebut. Ia menegaskan bahwa masyarakat desa juga merasakan dampak dari praktik korupsi yang dilakukan para pejabat.

“Karena kami muak dengan pejabat di negara ini, di mana-mana yang ada hanya maling uang rakyat. Maka dari itu kami warga biasa yang hidup di desa ingin menyampaikan pesan bahwa kita harus membasmi para maling uang rakyat,” ucap Sabar.

Bagi mereka, karnaval bukan hanya ajang hiburan tahunan, tetapi juga wadah menyuarakan kritik di tengah keterbatasan akses politik.

Kontras antara Rakyat dan Pejabat

Penampilan kelompok warga ini dianggap sebagai bentuk perlawanan terhadap kondisi pemerintahan yang dinilai semakin jauh dari kepentingan rakyat. Kehadiran ikon tikus kantor menjadi simbol kuat yang mudah dipahami masyarakat luas.

Narasi yang dibawa warga Sojopuro juga menyinggung kontras antara rakyat dan pejabat. Saat warga harus bergotong royong dengan iuran bersama demi merayakan kemerdekaan, pejabat justru bisa menggunakan anggaran negara untuk kebutuhan serupa.

Sabar menambahkan, ruang karnaval menjadi salah satu cara warga desa menyelipkan suara kritis mereka.

“Bagaimanapun bentuk protes kita, sesempit apa pun momen untuk protes, kami akan menyelipkan suara bahwa negara ini tidak baik-baik saja,” ujarnya.