Wonosobo, satumenitnews.com – Tren urban farming kini semakin marak di Wonosobo. Banyak warga mulai memanfaatkan lahan sempit di sekitar rumah untuk menanam sayuran, cabai, hingga tanaman hias. Namun di balik keseruan memanen hasil tanam sendiri, praktik bertani sebenarnya tidak sesederhana tayangan video berdurasi 30 detik yang beredar di media sosial.
Kepala Bidang Bina Program Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan (Dispaperkan) Kabupaten Wonosobo, Umar Soid, mengatakan masyarakat kini banyak belajar bertani lewat gawai. “Banyak yang tertarik setelah melihat video pendek tentang betapa mudahnya menanam dan memanen cabai di depan rumah,” ujarnya, Rabu (10/12/2025).
Namun, menurutnya, video itu hanya menggambarkan bagian menyenangkan dari proses bercocok tanam. “Di lapangan, proses bertani tetap membutuhkan waktu, perhatian, dan pemahaman. Sayuran seperti kangkung atau selada memang bisa tumbuh cepat, tapi tetap butuh perawatan intens,” tambah Umar.
Ia mencontohkan, selada bisa dipanen dalam tiga minggu, tetapi harus diawali dengan benih unggul, media tanam yang kaya unsur hara, serta lingkungan tumbuh yang bersih dan sehat. “Masalah umum yang sering muncul justru karena lingkungan diabaikan. Bisa muncul penyakit, serangan hama, atau gangguan mikroorganisme,” katanya.
Memahami Dasar Bertani di Rumah
Umar menegaskan, tiga hal utama yang diperlukan tanaman adalah nutrisi, udara, dan sinar matahari. Menurutnya, ketiganya berperan penting untuk menjaga pertumbuhan tanaman tetap optimal.
“Kadang kita cukup beruntung mendapatkan media tanam yang masih subur, sehingga tak perlu pemupukan di awal. Tapi tanpa paparan sinar matahari dan sirkulasi udara yang baik, tanaman tetap bisa bermasalah,” jelasnya.
Ia menyarankan beberapa hal dasar bagi masyarakat yang ingin mencoba menanam sayuran di pot atau polybag:
- Gunakan benih berkualitas.
- Pastikan media tanam mengandung nutrisi.
- Sediakan sirkulasi udara yang cukup.
- Tempatkan tanaman di area dengan sinar matahari langsung.
Meracik Media Tanam yang Tepat
Bagi pemula, kesalahan umum sering muncul pada pembuatan media tanam. Umar menekankan bahwa media yang baik harus mengandung unsur hara, memiliki porositas yang baik, dan tidak dibuat dari bahan mentah yang belum diproses.
“Media ideal biasanya terdiri atas tanah, bahan berpori seperti pasir atau sekam, dan tambahan pupuk organik seperti kompos matang atau pupuk kandang siap serap,” ungkapnya.
Ia menyebut saat ini media tanam sudah berkembang dengan banyak variasi. “Selain polybag, ada metode hidroponik dan aeroponik. Tapi prinsipnya tetap sama, pastikan tanaman mendapat nutrisi dan lingkungan yang baik,” kata Umar.
Menentukan Sumber Benih yang Andal
Selain media, pemilihan benih juga menjadi kunci keberhasilan bertani di rumah. Umar menyarankan agar masyarakat tidak asal membeli benih tanpa memeriksa kualitasnya.
“Mintalah informasi dari penjual, seperti tingkat daya tumbuh dan masa kedaluwarsa. Benih yang terlalu lama disimpan biasanya mudah gagal tumbuh,” jelasnya.
Ia juga mendorong masyarakat untuk mengambil benih dari tanaman milik sendiri jika memungkinkan. “Kalau kita tahu sumbernya dan sudah terbukti tumbuh baik, itu lebih bagus dan lebih efisien,” ujarnya.
Walau urban farming terlihat sederhana di media sosial, Umar Soid menegaskan bahwa dunia pertanian tetap membutuhkan ketelitian dan keteguhan. “Bertani bukan soal tanganan atau keberuntungan, tapi soal memahami proses dan sabar menjalani tahap demi tahapnya,” pungkasnya.