Wonosobo, satumenitnews.com — Ribut, pemuda asal Dusun Klowoh, Desa Kwadungan, Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo, memilih jalur yang tak biasa bagi anak muda seusianya. Ia menekuni dunia peternakan domba, meneruskan warisan dari sang kakek yang sudah eksis sejak era pemerintahan Presiden Soeharto.
Jejak Warisan Sejak Orde Baru
Kakek Ribut dikenal sebagai salah satu tokoh peternak domba Wonosobo di desanya. Pada masa kejayaan, hampir setiap rumah memiliki kandang domba lokal dengan ciri khas bentuk kepala, bulu, dan warna kuku yang unik. Namun kini, hanya tersisa kurang dari sepuluh peternak yang masih bertahan di Desanya.
Ribut tak ingin warisan itu punah begitu saja. Di usia mudanya, ia merawat puluhan domba Wonosobo dengan penuh dedikasi. Baginya, ini bukan sekadar pekerjaan, tapi bentuk penghormatan terhadap jejak pendahulu dan budayanya.
Menjaga Silaturahmi Lewat Paguyuban Peternak
Untuk memperkuat jejaring dan mempertahankan eksistensi domba lokal, Ribut aktif dalam Paguyuban Peternak Domba Wonosobo dan mengikuti kontes domba tingkat kabupaten. Paguyuban ini rutin menggelar pertemuan sebagai wadah silaturahmi sekaligus ajang promosi potensi lokal.
Dari sekian banyak kontes yang ia ikuti, domba milik Ribut kerap menyabet juara. Dua di antaranya, domba yang ia namai Gotri dan Mindul, pernah meraih peringkat pertama dan kedua dalam kontes tingkat kabupaten. Prestasi itu tak hanya menjadi kebanggaan pribadi, tapi juga semangat untuk terus menjaga kelestarian domba Wonosobo.
Harga Fantastis, Tapi Tak Tergiur
Keunikan domba Wonosobo membuat nilai jualnya jauh lebih tinggi dibanding domba pada umumnya. Salah satu domba Ribut bahkan pernah ditawar Rp200 juta. Namun ia memilih mempertahankannya karena domba tersebut merupakan keturunan langsung dari indukan milik sang kakek.
“Itu bukan soal uang. Itu soal menjaga garis keturunan domba kakek saya,” ujar Ribut.
Dari Peternak Jadi Juri
Tak hanya aktif sebagai peserta, Ribut kini juga dipercaya sebagai juri dalam kontes domba. Meski masih muda, keahliannya diakui. Namun ia menegaskan bahwa saat bertugas sebagai juri, ia tidak pernah membawa dombanya untuk ikut serta.
“Kalau saya jadi juri, saya tidak bawa domba saya. Biar penilaian tetap objektif,” tuturnya.
Ribut terus berupaya menjaga eksistensi domba Wonosobo sebagai bagian dari identitas budaya dan kekayaan lokal yang patut dibanggakan. Dalam langkahnya, terselip harapan agar generasi muda lain ikut peduli pada warisan yang nyaris hilang ini.