Wonosobo, satumenitnews.com – Dalam upaya memperkuat ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani, Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan Kabupaten Wonosobo terus mendorong program intensifikasi lahan sawah. Salah satu inovasi yang kini mulai diterapkan adalah pemanfaatan pematang sawah atau galengan sebagai lahan tambahan untuk budidaya hortikultura.
Di Desa Pakuncen, Kecamatan Selomerto, sejumlah petani tergabung dalam Kelompok Tani Setyo Budi menjadi pelopor penerapan konsep ini. Mereka menanam cabai dan beragam sayuran lain di area pematang sawah, memanfaatkan ruang yang sebelumnya dibiarkan kosong. Program ini mendapat dukungan penuh dari dinas terkait karena dinilai mampu memberikan nilai tambah ekonomi bagi petani tanpa harus memperluas lahan pertanian.
Efisiensi dan Nilai Tambah Ekonomi
Kepala Bidang Bina Program dan Penyuluhan Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan Kabupaten Wonosobo, Umar Shoid, menjelaskan bahwa cara ini memberikan keuntungan nyata. Petani tidak lagi perlu mengeluarkan biaya besar untuk pembuatan galengan setiap musim tanam.
“Selama ini, petani harus mengeluarkan biaya pembuatan galeng sekitar 2 hingga 3 juta rupiah per musim, atau sekitar lima kali dalam dua tahun untuk luasan satu hektare. Dengan sistem intensifikasi galengan, biaya itu cukup satu kali dalam dua tahun,” ujar Umar Shoid, Kamis (6/11/2025).
Dari sisi teknis, lanjut Umar, pemanfaatan galengan juga menghemat biaya perawatan karena area pematang tertutup mulsa, sehingga gulma berkurang. Selain itu, penggunaan air pada lahan padi menjadi lebih efisien karena struktur galengan yang ditanami hortikultura tidak mudah jebol saat pengairan berlangsung.
Dua Sumber Pendapatan dalam Satu Lahan
Yanuardi Yusuf, salah satu petani di Desa Pakuncen yang menjadi pionir pemanfaatan galengan, mengaku telah merasakan manfaatnya secara langsung.
“Keuntungan paling nyata adalah petani bisa mendapatkan dua sumber pendapatan dari satu lahan. Dari hasil padi dan hasil hortikultura seperti cabai maupun sayuran lainnya. Cara ini juga membantu mengurangi risiko kerugian jika terjadi gagal panen atau harga padi turun,” kata Yanuardi.
Model penanaman ini tak hanya berdampak pada peningkatan pendapatan, tetapi juga mengubah cara pandang petani terhadap pengelolaan lahan pertanian agar lebih produktif dan berdaya guna.
Langkah Menuju Pertanian Berkelanjutan
Menurut Umar Shoid, langkah yang dilakukan para petani di Desa Pakuncen merupakan bentuk nyata dari inovasi sederhana yang berkelanjutan. Ia menilai, mengoptimalkan setiap jengkal lahan sawah merupakan strategi penting guna menjaga ketahanan pangan daerah.
“Kita perlu menyelamatkan lahan sawah yang menjadi pilar utama ketahanan pangan, tanpa mengesampingkan kesejahteraan petani. Pengalaman baik dari Desa Pakuncen ini diharapkan dapat diikuti oleh petani lain di seluruh Wonosobo,” tutur Umar.
Inovasi pemanfaatan galengan di Wonosobo kini menjadi contoh bahwa peningkatan hasil pertanian tidak selalu membutuhkan teknologi canggih. Dengan kreativitas dan dukungan kebijakan yang tepat, lahan sawah bisa menjadi sumber kesejahteraan berkelanjutan bagi para petani dan masyarakat daerah.

