Home » Petani Cabai Wonosobo Kembali Diserang Bulai, Tanaman Gagal Tumbuh Maksimal

Petani Cabai Wonosobo Kembali Diserang Bulai, Tanaman Gagal Tumbuh Maksimal

by Ahvas
Listen to this article

Wonosobo, satumenitnews.comMusim tanam tahun ini belum berpihak kepada para petani cabai di Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo. Tanaman cabai milik warga kembali terserang penyakit bulai. Serangan ini bukan hanya mengganggu pertumbuhan tanaman, tapi juga menyebabkan kerugian bagi petani karena petumbuhan tanaman tidak maksimal.

Mahmud, petani asal Desa Lamuk, menjelaskan bahwa serangan bulai sudah terjadi dalam beberapa musim terakhir. Ia menyebut tanaman cabainya sulit tumbuh maksimal sejak awal masa tanam.

“Kalau tanaman cabai terserang bulai saat masa vegetatif itu sudah sulit untuk bertumbuh besar dan berbuah,” ujar Mahmud saat ditemui di lahannya pada Selasa (7/5/2025).
“Tapi kalau sudah memasuki masa generatif meskipun tidak maksimal, tanaman masih mau berbuah,” tambahnya.

Baca juga :  Polres Wonosobo Gelar Panen Raya Jagung Kuartal II di Dusun Melaran

Apa Itu Penyakit Bulai pada Tanaman Cabai?

Bulai adalah penyakit yang menyerang tanaman cabai, disebabkan oleh virus gemini. Virus ini bisa terbawa melalui benih atau biji cabai yang terinfeksi, lalu menyebar ke tanaman lain melalui kutu sebagai vektornya.

Gejala awal penyakit bulai bisa terlihat dari perubahan warna daun dan batang menjadi bercak kuning. Bercak itu kemudian menyebar ke daun muda dan dalam waktu singkat mendominasi seluruh permukaan daun. Kondisi tersebut menandakan kerusakan pada zat hijau daun atau klorofil, yang penting dalam proses fotosintesis.

“Daunnya jadi kuning semua. Itu artinya klorofilnya rusak, jadi tanaman nggak bisa maksimal menyerap sinar matahari,” jelas Mahmud.

Baca juga :  Batuud Wakili Danramil Hadiri Aksi Tanam Pohon di SMPN 2 Leksono

Upaya Petani Melawan Bulai Belum Membuahkan Hasil

Petani di Desa Lamuk mengaku sudah mencoba berbagai cara untuk mengatasi penyakit bulai. Penggunaan obat kimia pertanian dengan dosis bervariasi telah dilakukan, namun hasilnya nihil.

“Seluruh obat-obatan kimia sudah kami berikan, dari dosis minimal sampai maksimal. Tapi masih sama hasilnya,” ujar Mahmud dengan nada pasrah.

Petani berharap adanya pendampingan dari dinas pertanian atau penyuluh lapangan agar mereka tidak terus-menerus mengalami kerugian akibat serangan penyakit ini.

Harapan Petani dan Tanggung Jawab Pemerintah

Hingga kini, belum ada solusi pasti untuk memberantas bulai. Petani hanya bisa mengandalkan pengalaman dan mencoba berbagai cara, meski seringkali hasilnya mengecewakan.

Baca juga :  Kepedulian Babinsa Kepada Desa Binaannya Memberikan Al-Qur'an Dan Iqro Untuk TPQ

Mereka menanti dukungan nyata dari pemerintah daerah, khususnya dalam bentuk edukasi tentang virus gemini, distribusi benih tahan virus, serta pengendalian hama kutu pembawa virus.

You may also like

Leave a Comment