Menjaga Sumbing Tetap Lestari, Basecamp Gajah Mungkur Terapkan Aturan Sampah dan Reboisasi

filter: 0; fileterIntensity: 0.0; filterMask: 0; captureOrientation: 0; brp_mask:0; brp_del_th:null; brp_del_sen:null; delta:null; module: photo;hw-remosaic: false;touch: (-1.0, -1.0);sceneMode: 8;cct_value: 0;AI_Scene: (-1, -1);aec_lux: 0.0;aec_lux_index: 0;albedo: ;confidence: ;motionLevel: -1;weatherinfo: null;temperature: 42;

Listen to this article

Wonosobo, satumenitnews.com – Pengelola basecamp Gajah Mungkur, jalur pendakian Gunung Sumbing via Desa Lamuk, Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo, menerapkan kebijakan ketat dalam menjaga kebersihan dan kelestarian alam. Seluruh pendaki diwajibkan membawa turun kembali sampah yang mereka bawa ke puncak, terutama botol plastik bekas minuman.

“Kami bertanggung jawab soal sampah. Saat ini pengecekan masih bertahap. Tahun ini fokus pada botol, tahun depan mungkin merambah ke plastik dan lainnya,” ujar Heru, salah satu pengelola basecamp, kepada satumenitnews.com.

Pengawasan Sampah Dilakukan Saat Pendaki Turun

Setiap pendaki yang turun dari puncak akan diperiksa barang bawaannya oleh tim basecamp. Fokus utama adalah memastikan botol plastik yang dibawa saat naik tidak tertinggal di jalur atau area puncak. Kebijakan ini merupakan bagian dari upaya serius menjaga lingkungan Gunung Sumbing tetap bersih dan bebas dari limbah plastik.

Jalur Pendakian Dibersihkan Rutin Setiap Minggu

Tidak hanya mengandalkan kesadaran pendaki, pihak basecamp juga secara aktif membersihkan jalur pendakian. Setiap Kamis, 4–5 anggota basecamp turun langsung ke jalur untuk membersihkan sampah dan memastikan jalur tetap aman dan nyaman dilalui.

“Setiap minggunya, ada 4–5 orang dari basecamp yang bertugas membersihkan jalur, biasanya hari Kamis,” kata Heru.

Penutupan Jalur Saat Ramadan dan Program Reboisasi

Dalam rangka menjaga ekosistem dan regenerasi alam, basecamp Gajah Mungkur juga menutup jalur pendakian setiap bulan Ramadan. Sementara itu, kegiatan reboisasi tetap dilakukan secara berkala, bahkan saat jalur pendakian dibuka untuk umum.

“Untuk reboisasi, pendakian tetap berjalan. Kami menanam bibit yang disesuaikan dengan ketinggian lokasi. Kadang kami minta bibit ke Perhutani, atau beli sendiri,” jelas Heru.

Bibit pohon yang ditanam dipilih khusus agar mampu bertahan dan tumbuh di kawasan pegunungan. Penanaman dilakukan secara mandiri oleh pengelola maupun melalui kolaborasi dengan pihak eksternal.

Imbauan untuk Patuhi SOP Pendakian

Sebelum memulai pendakian, setiap calon pendaki wajib mengikuti sesi pengarahan. Dalam sesi ini, disampaikan standar operasional prosedur (SOP) dan aturan pendakian yang harus dipatuhi.

“Imbauannya, pendaki wajib mengikuti SOP. Apapun arahan yang disampaikan saat briefing harus dipatuhi, meskipun ada pendaki yang ikut briefing, tapi tidak menjalankan isi pengarahan itu,” kata Heru saat menambahkan.

Pihak basecamp menegaskan, briefing bukan formalitas belaka. Semua pendaki diharapkan serius dan konsisten menerapkan arahan demi keselamatan dan kelestarian alam Gunung Sumbing.

 

Related posts

Cek Progres Pelebaran Jalan Rejosari–Sikatok, Satlantas Wonosobo Kawal Keselamatan Jalur Wisata

20 Hotel Wonosobo: Murah, Pusat Kota, Hingga Akses Dieng Mana yang Paling Masuk Akal?

Melacak Jejak Kuliner Wonosobo: 22 Rekomendasi dengan Panduan Google Maps

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Read More