Home » Pelatihan Gender dan Pencegahan TPPO di Sekolah, Membangun Kesadaran Siswa di Wonosobo

Pelatihan Gender dan Pencegahan TPPO di Sekolah, Membangun Kesadaran Siswa di Wonosobo

KITA INSTITUTE bersama SMK Negeri 1 Wonosobo bekali siswa kemampuan memahami kesetaraan gender dan pencegahan perdagangan orang secara digital dan kontekstual.

by Manjie
Listen to this article

Wonosobo, satumenitnews.com — Kasus kekerasan dan perdagangan orang masih menjadi ancaman serius di Indonesia. Untuk menumbuhkan kesadaran sejak dini, KITA INSTITUTE bekerja sama dengan SMK Negeri 1 Wonosobo menggelar Pelatihan Gender dan Pencegahan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) selama dua hari, pada 30 September hingga 1 Oktober 2025, di Ruang Media SMK Negeri 1 Wonosobo.

Kegiatan yang diikuti perwakilan OSIS ini menghadirkan narasumber dari berbagai lembaga seperti Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI), UPIPA (Unit Pelayanan Informasi Perempuan dan Anak), serta Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) Kabupaten Wonosobo. Pelatihan bertujuan memperdalam pemahaman siswa terhadap isu kesetaraan gender, kekerasan berbasis gender, serta pencegahan TPPO yang kini banyak bermodus digital.

Fakta Kasus Perdagangan Orang di Wonosobo dan Indonesia

Direktur sementara KITA INSTITUTE, Moh. Dimas Adji Saputra, menyebutkan bahwa peningkatan kasus perdagangan orang perlu direspons serius oleh dunia pendidikan. Ia mengutip data SIMFONI PPA, yang mencatat lebih dari 3.700 korban TPPO secara daring sejak 2020 hingga Maret 2024.

Baca juga :  Sebulan Jadi Kasatpol PP, Dudi Galakkan Penertiban PKL Seputar Alun-Alun

“Perempuan dan anak masih menjadi kelompok paling rentan. Lebih dari 88 persen korban TPPO adalah perempuan,” kata Dimas dalam sambutannya.

Data survei KITA INSTITUTE pada akhir 2024 terhadap siswa SMP di Wonosobo menunjukkan realitas yang tak kalah mengkhawatirkan. Sebanyak 60,95 persen siswa pernah mengalami kekerasan psikis, 51,18 persen kekerasan fisik, 38,76 persen kekerasan seksual, dan 3,25 persen mengaku mengalami indikasi perdagangan orang.

Sekolah sebagai Ruang Aman dan Edukatif

Kepala SMK Negeri 1 Wonosobo, Drs. Fatkhu Rohman, menyambut baik pelaksanaan kegiatan yang menurutnya sejalan dengan penguatan karakter siswa. “Anak-anak perlu memahami pentingnya keadilan gender dan bahaya TPPO, terutama di era digital. Kami berharap alumni pelatihan ini mampu menjadi pelopor di sekolah,” ujarnya.

Pelatihan hari pertama berfokus pada materi perbedaan seks dan gender, serta ketidakadilan gender dan dampaknya, yang dibawakan oleh Annisa’ Setyaningsih dari KITA INSTITUTE. Sementara Maizidah Salas, aktivis perempuan dari SBMI, membahas tentang modus, pelaku, dan korban TPPO, serta strategi pencegahannya.

Para peserta terlihat antusias, bahkan turut menonton film pendek bertema perdagangan orang untuk menguatkan pemahaman terhadap modus TPPO yang semakin kompleks.

Baca juga :  140 POKMAS JADI PRIORITAS: ABDULLAH ANGGOTA DPR RI KOMISI III SERAP ASPIRASI DI WONOSOBO

Hari Kedua: Diskusi, Role Play, dan Strategi Nyata

Pada hari kedua, pelatihan dipandu oleh Betty Noviana Kusumawaty dari UPIPA dan Iin Khusani Mariah, Kepala Bidang Pemberdayaan dan Perlindungan Anak DPPKBPPPA Wonosobo. Materi mencakup pengenalan jenis-jenis kekerasan, kekerasan berbasis gender online, hingga mekanisme layanan aduan di Kabupaten Wonosobo.

Peserta dilatih melalui simulasi role play untuk memahami alur pelaporan dan pendampingan korban kekerasan. Mereka memerankan berbagai peran, seperti korban, pelaku, orang tua, guru, dan aparat hukum.

“Metode bermain peran membantu peserta memahami bahwa kekerasan bukan hanya masalah individu, tapi juga tanggung jawab bersama,” jelas Iin Khusani Mariah.

Hasil Pelatihan dan Aksi Digital Siswa

Berdasarkan hasil evaluasi, 90 persen peserta mengalami peningkatan pemahaman pada hari pertama dan 75 persen meningkat di hari kedua. Meski beberapa peserta mengalami penurunan skor posttest akibat kurang teliti, pihak penyelenggara memastikan tindak lanjut berupa pembelajaran mandiri melalui materi digital.

Baca juga :  Wakapolres Wonosobo Tegaskan Larangan Pelanggaran Saat Pimpin Apel Pagi

Selain belajar, para siswa juga diajak membuat konten edukatif tentang kesetaraan gender dan pencegahan TPPO. Konten tersebut diunggah ke media sosial dan mendapat respons cukup besar, dengan jangkauan penonton mencapai lebih dari 9.000 viewer dari empat video di Instagram.

“Langkah ini bukan sekadar pelatihan, tetapi bentuk kampanye digital agar anak muda Wonosobo lebih aktif menyuarakan isu kesetaraan dan anti kekerasan,” ucap Dimas.

Tantangan dan Strategi Ke Depan

Meski berjalan lancar, panitia menghadapi kendala logistik seperti keterlambatan pengiriman perlengkapan kegiatan dan keterbatasan tim dokumentasi. KITA INSTITUTE berkomitmen untuk memperbaiki koordinasi ke depan, termasuk melakukan survei penyedia fasilitas yang lebih profesional serta menyiapkan pembagian tugas lebih matang.

Kegiatan yang berakhir dengan sesi foto bersama ini diakhiri dengan pesan dari perwakilan sekolah, Syafruddin, yang berharap agar kolaborasi lintas lembaga terus berlanjut.

“Dari pelatihan ini, kami belajar bahwa pencegahan kekerasan bukan hanya tugas lembaga, tapi juga seluruh elemen masyarakat sekolah di Wonosobo,” ujarnya.

You may also like

Leave a Comment