Wonosobo, Satumenitnews.com – Laporan akhir tahun 2024 dari Dinas Kesehatan Wonosobo menunjukkan tren positif dalam upaya penurunan angka stunting, tetapi tantangan besar masih mengintai dalam aspek wasting dan underweight pada balita.
Jaelan, Kepala Dinas Kesehatan Wonosobo, dalam keterangannya menegaskan bahwa angka stunting telah turun menjadi 14,5%, mendekati target nasional sesuai RPJMN. Namun, beberapa kecamatan masih mencatat persentase stunting yang cukup tinggi, seperti Kejaijar II (37,78%) dan Kejaijar I (33,27%).
Sementara itu, wasting (balita kurus) justru belum mencapai target. Data menunjukkan bahwa angka wasting di Wonosobo masih berada di 3,45%, sementara target RPJMN adalah 4,6%.
Data Stunting di Wonosobo 2024
Laporan surveilans gizi yang dirilis dari sigiziterpadu.kemkes.go.id mencatat beberapa wilayah dengan angka stunting tertinggi, antara lain:
- Kejaijar II – 37,78%
- Kejaijar I – 33,27%
- Kertek II – 30,59%
- Watumalang – 23,97%
- Kalibawang – 22,16%
Sebaliknya, wilayah dengan angka stunting terendah antara lain:
- Kalikajar I – 8,61%
- Sapuran – 8,65%
- Leksono II – 9,40%
- Sukoharjo I – 10,34%
- Kepil II – 10,46%
“Penurunan angka stunting ini merupakan hasil dari berbagai program intervensi yang kami jalankan, mulai dari pemberian makanan tambahan (PMT), edukasi gizi, hingga pemantauan ketat terhadap ibu hamil dan balita,” ujar Jaelan dalam wawancara via WhatsApp, Sabtu (15/02/2025).
Wasting dan Underweight Masih Jadi Tantangan
Sementara stunting mengalami tren penurunan, angka wasting dan underweight masih menjadi tantangan utama.
Data wasting 2024 mencatat wilayah dengan angka balita kurus tertinggi, antara lain:
- Kejaijar I – 1,67%
- Kejaijar II – 2,26%
- Kertek I – 2,05%
- Kertek II – 2,56%
- Mojotengah – 2,28%
Sedangkan angka underweight (berat badan kurang) tercatat cukup tinggi di beberapa daerah:
- Kejaijar II – 16,41%
- Kertek II – 13,37%
- Mojotengah – 12,56%
- Kalibawang – 12,64%
- Wadaslintang II – 12,30%
Menurut Jaelan, penyebab utama tingginya wasting dan underweight ini adalah pola asuh yang kurang tepat, keterbatasan akses pangan bergizi, serta minimnya pemahaman masyarakat tentang gizi seimbang.
Ibu Hamil dan Anemia Remaja Perlu Perhatian
Tak hanya balita, ibu hamil dan remaja putri juga menjadi perhatian dalam laporan ini.
Sebanyak 9,72% ibu hamil di Wonosobo masih mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK), yang dapat berdampak pada lahirnya bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Sementara itu, 7,1% ibu hamil mengalami anemia, kondisi yang dapat meningkatkan risiko komplikasi saat persalinan.
Di kalangan remaja putri, 30,7% dari total siswa SMA/sederajat mengalami anemia, yang berisiko terhadap kesehatan jangka panjang dan produktivitas.
Jaelan menambahkan, program pemberian tablet tambah darah (TTD) dan edukasi gizi terus digalakkan di sekolah-sekolah. Namun, kepatuhan remaja dalam mengonsumsi TTD masih perlu ditingkatkan.
Berikut data lengkapnya:
Langkah Ke Depan: Prioritas Program 2025
Menindaklanjuti hasil laporan ini, Dinas Kesehatan Wonosobo akan berfokus pada tiga program prioritas di tahun 2025:
- Memperluas cakupan intervensi stunting, terutama di kecamatan dengan angka tinggi.
- Meningkatkan sosialisasi tentang wasting dan underweight, dengan melibatkan kader posyandu dan orang tua balita.
- Memperketat pemantauan kesehatan ibu hamil dan remaja putri, dengan menambah ketersediaan PMT, suplemen zat besi, dan edukasi gizi di sekolah-sekolah.
“Diperlukan sinergi dari berbagai pihak, termasuk tenaga kesehatan, pemerintah daerah, dan masyarakat, agar kesehatan gizi di Wonosobo bisa terus membaik,” tutup Jaelan.