Wonosobo, satumenitnews.com – Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, dikenal luas sebagai daerah pegunungan dan dataran tinggi yang kaya akan sumber daya alam. Di balik keindahan alamnya, Wonosobo menyimpan potensi besar di bidang pertanian, khususnya komoditas pangan dan holtikultura. Namun, pertanian konvensional yang menggunakan bahan kimia secara berlebihan telah memunculkan tantangan serius: salah satunya penurunan kualitas tanah yang berujung pada menurunnya hasil pertanian.
Kopi, Harapan Baru dari Lereng Sindoro dan Sumbing
Sekitar belasan tahun terakhir, tren baru mulai tumbuh di Wonosobo. Kopi muncul sebagai primadona baru, memperkenalkan babak baru dalam dunia pertanian daerah tersebut. Para petani kopi bermunculan, menjadikan kopi sebagai komoditas unggulan yang membawa nama Wonosobo dikenal, bukan hanya di tingkat nasional, tetapi juga di pasar internasional.
Di lereng Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro, para petani mengembangkan kesadaran baru. Mereka memahami pentingnya keberlanjutan pertanian, tidak sekadar mengejar hasil cepat. Banyak di antara mereka yakin bahwa kopi bisa menjadi solusi untuk mengatasi berbagai permasalahan pertanian masa kini. Tidak hanya karena kopi berpotensi menjaga kualitas tanah, tetapi juga karena prospek pasarnya yang menjanjikan di masa depan.
“Satu bulan Ramadan kemarin saya menghabiskan 50 kg kopi siap seduh. Hari ini, saya belum punya kopi lagi untuk diroasting,” ungkap Naskah petani kopi Wonosobo kepada satumenitnews.com, menunjukkan tingginya permintaan pasar yang belum bisa dipenuhi.
Minimnya Petani dan Fluktuasi Harga
Meski potensi kopi sangat besar, realitanya saat ini petani kopi di Wonosobo masih tergolong minoritas. Jumlah mereka jauh lebih sedikit dibandingkan dengan petani komoditas pangan dan holtikultura lainnya. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal saja, stok kopi Wonosobo masih sering kali kurang.
Di sisi lain, persoalan harga menjadi tantangan tersendiri. Para petani kopi mengkhawatirkan tidak adanya sistem pasar yang terpusat. Tanpa regulasi yang jelas, dikhawatirkan harga kopi akan fluktuatif, seperti yang terjadi pada banyak komoditas pertanian lain di Wonosobo, sehingga sulit memberikan kesejahteraan nyata bagi petaninya.
Para pelaku pertanian setempat terus mendorong pembentukan sistem pemasaran kopi yang lebih tertata agar nasib kopi tidak mengalami nasib serupa dengan komoditas pertanian lain yang terjebak dalam ketidakpastian harga.