Wonosobo, satumenitnews.com – Di Desa Kembaran, Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo, usaha pembibitan tanaman kian berkembang. Salah satu tokohnya adalah Tri Handoko, seorang petani sekaligus penyemai benih yang kini mampu memproduksi hingga 240 ribu bibit siap tanam.
Awalnya, Tri tak langsung berhasil. Ia memulai usaha penyemaian bibit pada tahun 2020, saat pandemi melanda. Bukannya panen hasil, ia justru mengalami kerugian besar: seluruh biji yang disemai gagal tumbuh.
“Awal memulai, semua biji gagal tumbuh, 100 persen. Itu sangat mengecewakan,” ujar Tri Handoko saat ditemui di rumah semainya, Rabu (17/04).
Namun kegagalan itu tidak menghentikannya. Ia memilih memulai kembali dari nol, mengamati secara teliti penyebab kegagalan. Salah satu faktor yang ia temukan adalah kualitas media semai.
Berkolaborasi dan Uji Coba Media Semai
Tri tak tinggal diam. Ia menjalin kerja sama dengan penyedia media semai untuk melakukan uji coba penggantian bahan. Dari hasil eksperimen itu, ia berhasil memperkecil tingkat kegagalan.
“Setelah mengganti media semai, kegagalan paling banyak hanya 20 persen dari jumlah biji yang disemai,” ungkap Tri.
Benih yang ia semai sangat beragam, mulai dari terong, kubis (kool), sawi, berbagai jenis cabai, hingga sayuran lain yang biasa ditanam di daerah dataran tinggi.
Pelayanan untuk Lereng Sindoro dan Sumbing
Kini, usaha penyemaiannya menjadi rujukan para petani di lereng Gunung Sindoro dan Sumbing. Mereka datang untuk membeli bibit yang sudah siap tanam, atau menyewa jasa penyemaian untuk biji milik sendiri.
Bagi petani, layanan ini menjadi solusi praktis. Mereka tak perlu lagi repot menyiapkan media semai atau menunggu benih tumbuh. Proses tanam pun menjadi lebih efisien karena bibit yang dibeli telah melalui seleksi ketat.
Selain menyediakan bibit, Tri juga kerap berbagi pengetahuan soal teknik penyemaian kepada para petani muda yang ingin belajar atau memulai usaha serupa.