Home » Harga Naik Serentak, Inflasi Wonosobo Sentuh 0,44 Persen: Siapa yang Diuntungkan?

Harga Naik Serentak, Inflasi Wonosobo Sentuh 0,44 Persen: Siapa yang Diuntungkan?

by Manjie
Listen to this article

Wonosobo, satumenitnews.com – Harga kebutuhan pokok di Kabupaten Wonosobo kembali mengalami kenaikan. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Wonosobo mencatat inflasi selama Oktober 2025 mencapai 0,44 persen.

Jika dihitung sejak awal tahun, inflasi kumulatif mencapai 1,80 persen. Sementara secara tahunan terhadap Oktober 2024, laju inflasi sudah berada di angka 2,76 persen.

Kepala BPS Kabupaten Wonosobo, Mustaqim, menjelaskan bahwa kenaikan harga terjadi di hampir seluruh kelompok pengeluaran masyarakat. “Yang paling besar berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau,” katanya kepada satumenitnews.com, Senin (3/11/2025).

Makanan dan Minuman Paling Berpengaruh

Kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang utama inflasi dengan andil 0,25 persen. Disusul kelompok perumahan, air, listrik, serta bahan bakar rumah tangga sebesar 0,01 persen.

Selain itu, kelompok transportasi, kesehatan, serta perawatan pribadi dan jasa lainnya juga menyumbang kenaikan inflasi sebesar 0,17 persen.

BPS mencatat sejumlah komoditas memberi kontribusi besar terhadap inflasi bulan Oktober. Emas perhiasan naik signifikan dengan andil 0,17 persen. Disusul telur ayam ras 0,10 persen, cabai merah dan daging ayam ras masing-masing 0,06 persen, serta sawi hijau 0,02 persen.

Sementara itu, beberapa komoditas justru mencatat penurunan harga, di antaranya cabai rawit, bawang putih, kol putih, kopi bubuk, dan minyak goreng. “Untuk komoditas yang paling berpengaruh bulan ini memang emas dan telur ayam ras, keduanya naik cukup terasa di pasar,” ujar Mustaqim.

Tekanan Harga Tahunan Masih Terkendali

Secara tahunan, inflasi Wonosobo terhadap Oktober tahun lalu mencapai 2,76 persen. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau tetap menjadi pendorong utama dengan inflasi 4,21 persen atau andil 1,48 persen.

Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya juga mengalami lonjakan tinggi, yaitu 10,45 persen dengan andil 0,64 persen. Namun, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan justru mengalami deflasi sebesar 0,58 persen.

Meski tergolong stabil, Mustaqim menilai dampaknya tetap terasa di rumah tangga berpenghasilan tetap. “Secara umum, inflasi tahunan 2,76 persen ini masih tergolong stabil. Tapi bagi masyarakat kecil, kenaikan sekecil apa pun tetap terasa di dapur,” tuturnya.

Dampak bagi Petani dan Rumah Tangga

Kondisi ini berpengaruh langsung pada sektor pertanian, terutama bagi petani hortikultura yang mendominasi ekonomi Wonosobo. Sebagian petani diuntungkan karena harga cabai merah dan sawi hijau naik. Namun, petani cabai rawit, kol, dan bawang putih justru menghadapi kerugian akibat turunnya harga jual.

“Bagi petani, kondisi ini tidak semuanya menguntungkan. Ada yang senang karena harga panen naik, tapi ada juga yang terpukul karena harga turun,” kata Mustaqim.

Tak hanya itu, kenaikan harga kebutuhan pokok seperti telur, ayam, dan cabai juga berdampak pada pengeluaran rumah tangga. Banyak keluarga harus menyesuaikan anggaran belanja harian agar pendapatan tidak habis untuk kebutuhan dapur.

You may also like

Leave a Comment