Wonosobo, satumenitnews.com – Sebagai bentuk apresiasi sekaligus momentum memperkuat peran pelaku ekonomi kreatif dalam menjaga warisan budaya, Pemerintah Kabupaten Wonosobo menggandeng Kluster Batik Wonosobo menggelar pameran dan peragaan busana batik khas daerah. Acara tersebut berlangsung di halaman Pendopo Selatan pada Kamis (9/10/2025) dengan menghadirkan karya 17 pelaku UMKM batik.
Apresiasi untuk Pengrajin dan Pelaku Kreatif
Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat, menegaskan bahwa peringatan Hari Batik Nasional harus menjadi momen apresiasi bagi pengrajin dan pelaku ekonomi kreatif. Ia mengatakan, pemerintah daerah terus mendorong penggunaan batik lokal, bukan hanya di kalangan ASN pada hari kerja, tetapi juga di berbagai kesempatan.
“Selama ini kami terus mendorong ASN untuk menggunakan batik lokal, tidak hanya pada hari kerja, tetapi juga di berbagai kesempatan lainnya,” ujarnya.
Afif menilai pengembangan batik harus selaras dengan karakter Wonosobo sebagai Kota Santri. Ia mengajak pelaku batik membuat inovasi produk yang relevan dengan masyarakat religius, termasuk di lingkungan pesantren.
“Saya berharap para pelaku dapat mengembangkan produk seperti sarung batik khas Wonosobo dengan harga yang terjangkau,” tambahnya.
Inovasi Produk dan Daya Saing
Bupati Afif mengapresiasi variasi karya dalam pameran batik tahun ini. Menurutnya, setiap pengrajin menampilkan ciri khas masing-masing dalam motif dan teknik produksi. Meski begitu, ia mengingatkan bahwa Batik Wonosobo perlu terus meningkatkan kualitas agar dapat bersaing dengan produk luar daerah.
“Kita tidak boleh puas hanya sampai di titik ini saja. Kompetitor kita adalah produk-produk dari luar Wonosobo. Karena itu, pelaku batik harus terus beradaptasi dan berinovasi,” tegasnya.
Kolaborasi Pemkab dan Kluster Batik
Ketua Kluster Batik Wonosobo, Zain Arrafiq, menyebut kegiatan ini hasil kolaborasi antara pengrajin, Pemkab Wonosobo melalui Bagian Perekonomian, dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda).
“Sejak terbentuknya kluster, kami berkomitmen untuk terus mengenalkan dan menggali potensi batik khas Wonosobo. Ada sebanyak 17 pelaku UMKM batik yang bergabung. Kami berharap yang belum bergabung bisa ikut membangun batik Wonosobo,” ujarnya.
Wakil Ketua Kluster, Lilis Handayani, yang juga pemilik Batik Dewangga dan Batik Hyangnagari, memaparkan bahwa keunikan Batik Wonosobo ada pada motif yang mengangkat simbol lokal, mulai dari carica, lengger, bundengan, kuda kepang, hingga flora dan fauna khas daerah.
Ramah Lingkungan dan Kearifan Lokal
Pengembangan batik Wonosobo tidak hanya soal estetika, tetapi juga ramah lingkungan. Menurut Lilis, beberapa pengrajin mulai mengadopsi teknik *ecoprint* serta menggunakan pewarna alami seperti indigo untuk mengurangi dampak limbah kimia.
“Ke depan, tantangan kami adalah menghasilkan motif yang semakin berkualitas agar Kluster Batik ASRI bisa berkembang. Kegiatan ini menjadi upaya menguri-uri budaya dan memperkuat identitas daerah,” tutur Lilis.
Melalui pameran dan fashion show ini, Pemkab Wonosobo berharap batik lokal semakin dikenal, menjadi simbol kebanggaan masyarakat, dan mampu berkontribusi pada sektor ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal.