Jawa Tengah

Harga Labu Siam di Wonosobo Naik Drastis, Petani Masih Waspada fluktuasi harga

By Ahvas

June 06, 2025

 

Wonosobo, satumenitnews.com — Harga labu siam di wilayah dataran tinggi Wonosobo melonjak tajam dalam beberapa hari terakhir. Jika sebelumnya harga jual dari petani ke tengkulak hanya Rp500 per kilogram, kini naik hingga mencapai Rp4.000 per kilogram.

Menurut Wahib, seorang petani labu siam di Wonosobo, lonjakan harga ini cukup mengejutkan. Namun, ia tidak bisa memanfaatkan sepenuhnya peluang tersebut karena jumlah panen terbatas akibat serangan cuaca buruk beberapa bulan terakhir.

“Meskipun sekarang harga naik, saya tidak panen banyak karena kemarin hujan terus. Banyak buah busuk. Saya harus remajakan tanaman dulu,” ujar Wahib kepada satumenitnews.com.

Cuaca Tidak Menentu Sebabkan Gagal Panen

Beberapa bulan terakhir, hujan turun dengan intensitas tinggi di berbagai wilayah Wonosobo. Kondisi ini membuat banyak tanaman labu siam gagal panen karena membusuk sebelum sempat dipetik.

Labu siam dikenal sebagai salah satu komoditas sayuran yang rentan terhadap perubahan cuaca ekstrem. Dalam kondisi basah dan lembap yang terus menerus, batang dan buah labu siam mudah terinfeksi jamur dan busuk sebelum matang.

Kenaikan harga kali ini, menurut Wahib, disebabkan oleh kelangkaan barang yang tidak sebanding dengan tingginya permintaan pasar.

“Permintaan tinggi, tapi stok di petani sedikit. Jadi harga bisa naik drastis seperti sekarang,” ujarnya.

Tengkulak Langsung Jemput ke Desa

Wahib dan sejumlah petani lain di wilayahnya memilih menjual hasil panen langsung kepada tengkulak yang datang ke desa. Menurut mereka, membawa hasil panen ke pasar tidak memberi selisih harga yang berarti.

“Kalau ke pasar, paling selisih sedikit. Kadang malah tidak cukup buat ongkos. Jadi lebih baik dijual ke tengkulak yang datang langsung,” jelas Wahib.

Dalam praktiknya, sistem jual beli langsung dari petani ke tengkulak ini sudah berlangsung lama di Wonosobo, terutama untuk sayuran seperti labu siam. Meskipun begitu, petani tetap dihadapkan pada risiko harga yang fluktuatif setiap waktu.“

“Bisa jadi sekarang Rp4.000, besok sudah turun lagi jadi Rp1.000,” tambahnya.

Harga Tak Stabil, Petani Bertahan dengan Modal Minim

Labu siam menjadi salah satu komoditas pertanian yang harganya tidak stabil. Kondisi ini menyulitkan petani dalam menyusun strategi tanam maupun menghitung biaya produksi secara pasti.

Banyak petani di Wonosobo mengaku terpaksa melakukan penanaman ulang karena tanaman terdahulu rusak akibat curah hujan tinggi. Tanpa kepastian harga dan hasil panen, mereka tetap bertahan dengan perhitungan modal seminimal mungkin.

Kondisi ini menunjukkan kerentanan sistem distribusi dan perlindungan bagi petani dalam menghadapi perubahan iklim dan fluktuasi pasar.