Wonosobo, Satumenitnews.com – Kesuburan tanah menjadi sorotan utama dalam pelatihan pertanian yang digelar pada 11 Juni 2025 di kebun belajar tani Dispaperkan Wonosobo. Sesi edukatif yang dipandu oleh pegiat pertanian Eko Mardiana ini menghadirkan pendekatan berbeda. Para petani dan pemuda tidak hanya diajarkan membuat pupuk, tetapi diajak memahami ulang pentingnya tanah sebagai sistem kehidupan yang kompleks.
“Kita tidak sedang membuat pupuk, tetapi sedang mengajarkan bagaimana memahami dan merawat kesuburan tanah,” ujar Eko Mardiana usai pelatihan.
Pernyataan tersebut menggarisbawahi bahwa pertanian berkelanjutan tidak cukup hanya dengan menambahkan nutrisi, melainkan harus memulihkan ekosistem tanah itu sendiri. Menurut Eko, tanah yang sehat ditentukan oleh keseimbangan unsur hayati dan kimiawi, bukan semata kuantitas pupuk.
Pupuk Cair: Kombinasi Telur, Ikan Asin, dan NPK
Selama pelatihan, peserta praktik langsung meracik pupuk cair dari bahan-bahan lokal seperti telur, ikan asin, potongan padang, pospat, nitrogen, serta kalium dari pupuk NPK. Semua bahan dicampur dalam takaran tertentu untuk menghasilkan larutan kaya nutrisi.
“Semua bahan dibuat cair. Setelah fermentasi, sari dari campuran ini disemprotkan ke tanah agar kembali hidup—kaya hara, mikroba, dan jamur,” jelas Eko.
Proses fermentasi berlangsung selama 21 hingga 22 hari. Setelahnya, pupuk cair siap diaplikasikan ke lahan, namun dengan syarat: kondisi tanah harus dicek terlebih dahulu. Eko menyebutkan pentingnya mengukur TDS (Total Dissolved Solids), TBM (Tingkat Biologis Mikroorganisme), serta tingkat produktivitas tanah.
Takaran Aplikasi Disesuaikan Kondisi Tanah
Eko menegaskan bahwa pencampuran pupuk cair tidak boleh sembarangan. Pengaplikasian harus sesuai ddengan kebutuhan tanah yang ditentukan dari hasil pengecekan kualitas tanah. Pendekatan ini mencegah overdosis dan memastikan tanah menerima nutrisi sesuai kebutuhannya.
“Dari situ baru kita tentukan pencampurannya supaya tidak overdosis,” tambahnya.
Metode ini juga memberikan efisiensi dalam penggunaan bahan. Petani tidak perlu mengandalkan pupuk kimia dalam jumlah besar, cukup dengan mengelola sumber daya lokal yang ada secara bijak dan ilmiah.
Petani Didorong Mandiri dan Adaptif
Menurut Eko, tanah yang telah kembali sehat memungkinkan berbagai jenis tanaman tumbuh tanpa perlu banyak input tambahan. Inisiatif ini bukan hanya soal teknik pertanian, melainkan cara mengembalikan martabat dan kepercayaan diri petani dalam mengelola lahannya.
“Kita coba kembalikan tanah ke kondisi netral dan subur, agar petani bisa menanam apapun tanpa khawatir gagal,” tegasnya.
Langkah ini disambut baik oleh peserta pelatihan, terutama generasi muda yang mulai tertarik terjun ke dunia pertanian. Bagi Eko, memulihkan semangat bertani sama pentingnya dengan memperbaiki kualitas tanah.
Revitalisasi Pengetahuan Bertani di Kalangan Muda
Kegiatan ini mencerminkan transformasi pendekatan pertanian dari sekadar praktik teknis menjadi proses pembelajaran kolektif. Dengan bahasa sederhana dan pendekatan praktis, pelatihan ini menjembatani ilmu pengetahuan dan kearifan lokal yang selama ini terpisah.
Inisiatif seperti ini dinilai penting untuk memperkuat pertanian lokal, menciptakan ketahanan pangan mandiri, serta memperluas partisipasi generasi muda dalam menjaga ekosistem tanah yang sehat dan produktif.