Wonosobo, satumenitnews.com – Kabupaten Wonosobo selama ini dikenal sebagai wilayah yang kaya akan sumber mata air. Namun, kondisi tersebut kini menghadapi ancaman serius. Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Wonosobo hingga akhir 2024, tercatat ada sekitar 1.700 titik mata air yang tersebar di berbagai kecamatan.
Sayangnya, tidak semua sumber air itu dalam kondisi baik. Sebagian mulai menunjukkan penurunan debit maupun kualitas airnya, terutama saat musim kemarau.
“Pendataan kita fokuskan saat musim kemarau, karena di musim hujan debitnya tidak mencerminkan kondisi riil. Ada sumber air berdebit kecil yang tetap bertahan, tapi banyak juga yang mulai menyusut,” jelas Kepala DLH Wonosobo, Endang, saat peringatan Hari Air Sedunia 2025, Rabu (18/6), di kantor DLH.
Desa Jadi Garda Terdepan Pemetaan Sumber Air
Untuk merespons penurunan kualitas mata air, DLH Wonosobo kini menggandeng pemerintah desa melalui pemetaan partisipatif. Setiap desa didorong aktif mengidentifikasi lokasi sumber air dan wilayah tangkapan air secara rinci.
Langkah ini menjadi dasar dalam menyusun kebijakan pelestarian lingkungan hidup, termasuk rehabilitasi daerah tangkapan air lewat penanaman pohon keras di zona penyangga dan lereng pegunungan.
“Dengan pemetaan yang akurat, desa bisa langsung tahu daerah tangkapan air dan bisa merancang penanaman pohon yang sesuai. Kalau tangkapan airnya rusak, maka sumbernya bisa hilang,” ujar Endang.
Secara geografis, wilayah perbukitan seperti Kejajar, Garung, Kalikajar, Sapuran, dan Kepil menjadi kantong utama mata air di Wonosobo. Kebanyakan bersumber dari sistem air tanah pegunungan yang ditopang oleh tekanan hidrostatik dari Gunung Sindoro, Sumbing, Prau, dan Bismo.
Bupati Tegaskan Ancaman Nyata Krisis Air Bersih
Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat, mengingatkan pentingnya kewaspadaan terhadap ancaman krisis air bersih. Meskipun saat ini pasokan masih dalam kategori aman, kerusakan lingkungan dapat mengubah situasi secara drastis.
“Ini saatnya semua bergerak. Pemerintah bersama masyarakat akan mulai menanam pohon aren sebagai salah satu upaya menjaga keseimbangan air. Kita harus rawat mata air agar tetap mengalir untuk generasi ke depan,” kata Afif.
Menurutnya, menjaga sumber air bukan hanya soal pelestarian vegetasi, tetapi juga menyangkut kebersihan sungai dari limbah maupun praktik penangkapan ikan yang merusak.
“Kalau sungainya bersih, mancing di saluran irigasi pun masih bisa dapat ikan. Tapi kalau airnya kotor dan ekosistem rusak, ya semua habis. Jadi kita larang alat tangkap merusak, tapi pancing manual masih boleh,” tambahnya.
Uji Kualitas Air Jadi Prioritas Baru DLH
Sebagai bagian dari upaya menjaga kualitas lingkungan, DLH Wonosobo kini mulai menyediakan layanan pengujian kualitas air secara reguler. Fasilitas ini terbuka untuk berbagai sektor, termasuk rumah tangga, industri, hingga layanan kesehatan.
Afif menyebutkan bahwa uji kualitas air menjadi elemen krusial dalam memastikan keamanan sumber air bersih yang digunakan masyarakat sehari-hari.
“Ini terobosan bagus. Kualitas air harus terus dicek karena menyangkut kebutuhan dasar masyarakat,” pungkasnya.