filter: 0; fileterIntensity: 0.0; filterMask: 0; captureOrientation: 0; brp_mask:0; brp_del_th:null; brp_del_sen:null; delta:null; module: photo;hw-remosaic: false;touch: (0.69166666, 0.42245656);sceneMode: 128;cct_value: 0;AI_Scene: (-1, -1);aec_lux: 0.0;aec_lux_index: 0;albedo: ;confidence: ;motionLevel: -1;weatherinfo: null;temperature: 34;

Jawa Tengah

Dari Hobi Jadi Usaha, Aris Manto Tekuni Ternak Kambing Lokal di Pegunungan Wonosobo

By Ahvas

May 29, 2025

Wonosobo, Satumenitnews.com –Berawal dari kecintaan memelihara hewan, Aris Manto, warga Dusun Ngadiloka, Desa Kalikuning, Kecamatan Kalikajar, memulai usaha ternak kambing pada tahun 2019. Saat itu, ia hanya memiliki tiga ekor kambing lokal sebagai pelampiasan hobi.

“Awalnya cuma hobi, cuma punya tiga ekor. Tapi lama-lama beranak-pinak, ya jadi usaha,” ujar Aris saat ditemui di kandangnya yang terletak tak jauh dari rumahnya.

Kini, jumlah kambing yang ia pelihara telah berkembang menjadi 14 ekor. Seluruhnya berasal dari jenis kambing lokal, yang dalam sebutan masyarakat setempat kerap disebut “kambing gembel”. Jenis ini dikenal kuat terhadap iklim pegunungan dan cocok dikembangkan di daerah seperti Wonosobo.

Lebih Mementingkan Kualitas daripada Kuantitas

Aris Manto tidak mengejar jumlah hewan ternaknya secara agresif. Ia memilih fokus pada perawatan, kebersihan kandang, serta kualitas hidup kambing-kambingnya.

“Kalau di sini, kebanyakan pelihara kambing lokal atau istilah kambing gembel,” katanya sambil menunjuk seekor indukan kambing yang sedang bunting.

Tanpa mengandalkan pakan pabrikan, Aris memilih memberikan rumput segar yang tersedia di sekitar ladangnya. Kebersihan kandang dijaga ketat agar kambing tetap sehat, apalagi saat musim hujan datang dan kandang lebih rentan lembap.

Pakan Kombinasi: Rumput Segar, Silase, hingga Polar

Untuk kebutuhan pakan, Aris Manto mengandalkan rumput basah sebagai bahan utama. Rumput tersebut ia kumpulkan langsung dari sekitar dang dan memanfaatkan pekarangan pinggir rumah.

Namun saat musim kemarau panjang, stok rumput segar menjadi tantangan tersendiri. Untuk mengantisipasinya, ia menyiapkan pakan kering berupa silase dan juga pakan fermentasi buatan sendiri. Selain itu, ia sesekali membeli pakan instan seperti polar guna mencukupi kebutuhan nutrisi ternaknya.

“Kalau musim kemarau, saya pakai silase dan fermentasi. Kadang juga beli polar kalau butuh tambahan,” jelas Aris.

Strategi kombinasi ini ia terapkan agar kambing tetap mendapatkan asupan bergizi meski cuaca ekstrem atau sumber pakan utama menipis. Ia percaya, kualitas pakan berbanding lurus dengan kesehatan kambing yang ia pelihara.

Tantangan Saat Masa Beranak

Dalam satu tahun, seekor induk kambing bisa melahirkan hingga dua kali. Aris menyebut bahwa rata-rata satu indukan menghasilkan dua hingga tiga anak kambing dalam sekali musim kembang biak.

Namun, proses reproduksi itu bukan tanpa risiko. Aris sering kali menghadapi situasi di mana anak kambing mati setelah dilahirkan. Hal ini biasanya terjadi jika proses kelahiran tidak segera diketahui.

“Kalau kambing melahirkan tapi tidak diketahui langsung, itu kemungkinan besar anaknya mati keinjak-injak oleh induknya,” jelasnya.

Situasi ini memaksa Aris untuk lebih waspada dan rutin mengamati kondisi setiap indukan. Ia juga belajar mengenali tanda-tanda awal kelahiran agar bisa segera bertindak saat waktunya tiba.

Peternakan Kecil, Tapi Penuh Harapan

Meskipun skala usahanya masih tergolong kecil, Aris Manto percaya bahwa ternak kambing bisa menjadi jalan hidup yang layak. Ia tidak hanya berharap pada keuntungan ekonomi, tetapi juga ingin mempertahankan warisan lokal dalam dunia peternakan.

Baginya, memelihara kambing bukan hanya tentang bisnis, melainkan proses pembelajaran tanggung jawab dan kesabaran.

Dengan 14 ekor kambing di kandangnya yang sederhana, Aris terus merawat hewan ternaknya setiap hari. Di balik suara embikan di lereng Kalikajar, tumbuh semangat seorang peternak yang memilih jalan sunyi, namun penuh makna.