Jawa Tengah

Apresiasi Penanganan Stunting di Wonosobo: Kolaborasi Berbuah Penurunan

By Manjie

September 18, 2024

Wonosobo, satumenitnews.com – Pemerintah Kabupaten Wonosobo kembali mendapat apresiasi atas langkah serius mereka dalam menangani kasus stunting. Dalam paparan audit kasus stunting di Ruang Mangsunkusumo, kantor Setda Wonosobo, Rabu (18/09/2024), Sekretaris Daerah (Sekda) Wonosobo, One Andang Wardoyo, mengungkapkan bahwa kolaborasi lintas sektor menjadi kunci dalam menurunkan angka stunting.

“Terima kasih atas apresiasi yang diberikan. Kami berhasil mengidentifikasi tidak hanya masalah tubuh pendek, tetapi juga penyakit lain seperti tuberkulosis (TBC) yang sering menyertai,” ujar Andang.

Ia menegaskan bahwa penghargaan ini akan menjadi pemicu bagi tim untuk semakin serius menangani stunting, demi tercapainya Wonosobo yang bebas dari stunting.

Dalam audit tersebut, angka prevalensi stunting di Kabupaten Wonosobo telah turun dari 29 persen menjadi 23 persen, meskipun belum secara resmi diumumkan.

Penurunan ini tidak terlepas dari kolaborasi antara pemerintah kabupaten, kecamatan, desa, dan berbagai elemen masyarakat.

Pendekatan Kolaboratif

Menurut Andang, penanganan stunting tidak bisa diselesaikan oleh satu pihak saja.

“Teman-teman di lapangan telah berjuang luar biasa dengan memberikan penyuluhan dan meningkatkan kesadaran masyarakat,” tambahnya.

Namun, tantangan penanganan stunting memerlukan pendekatan kolaboratif yang lebih intens.

Andang mencontohkan, “Kami melibatkan semua pihak dari pemerintah kabupaten hingga tingkat desa dengan kebijakan yang lebih implementatif. Dengan kolaborasi ini, kami optimis angka stunting akan terus menurun.”

Target Nasional

Sekda Wonosobo, yang juga bertindak sebagai Wakil Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), optimis bahwa target penurunan stunting nasional dapat tercapai pada akhir tahun ini.

“Kami menerima Dana Insentif Fiskal (DIF) untuk stunting. Ini memberi kami keyakinan bahwa target 14 persen bisa tercapai,” katanya.

Saat ini, tim survei kesehatan sedang melakukan pemantauan di lapangan untuk mendapatkan data yang lebih akurat terkait penurunan angka stunting.

“Hasil sementara menunjukkan bahwa angka stunting sudah turun menjadi 14,6 persen setelah penimbangan serentak,” ungkap Andang.

Keseriusan Kabupaten Wonosobo

Dalam kesempatan yang sama, Dr. Galih Herlambang, Sp.A, mengungkapkan bahwa penanganan stunting adalah proses yang panjang dan membutuhkan konsistensi.

“Ini tidak bisa selesai dalam 1-2 tahun saja. Perjuangan di lapangan sangat luar biasa, dan kami optimis bahwa dengan pola kolaborasi yang lebih terstruktur, angka stunting di Wonosobo akan terus menurun,” ujarnya.

Dr. Galih menekankan bahwa kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat, termasuk peran Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) serta Dinas Kesehatan, sangat vital.

“Kolaborasi yang intens akan menghasilkan kebijakan yang lebih implementatif dan efektif dalam menangani stunting,” tambahnya.

Langkah Selanjutnya

Kabupaten Wonosobo tidak hanya berfokus pada balita stunting, tetapi juga mengidentifikasi individu berisiko seperti calon pengantin, ibu hamil, dan ibu nifas.

Audit kasus stunting yang dilakukan Kabupaten Wonosobo menjadi yang terbaik di antara 514 kabupaten/kota lainnya, berkat keterlibatan pakar yang melakukan verifikasi langsung di lapangan.

Keberhasilan Kabupaten Wonosobo dalam menurunkan angka stunting serta regulasi yang melibatkan berbagai pihak menjadi contoh nyata dari pentingnya kolaborasi.

“Kami akan terus mengawasi implementasi rekomendasi hasil audit dan memastikan dampaknya nyata di lapangan,” ujar Dr. Irma Ardiana dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.

Dengan target nasional di depan mata, Wonosobo berencana mewakili daerahnya di tingkat nasional pada bulan Desember mendatang untuk meraih penghargaan dalam audit kasus stunting terbaik.

Jika tren penurunan ini terus berlanjut, Wonosobo siap menjadi salah satu daerah yang berhasil menurunkan angka stunting sesuai target nasional.